REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Setelah berhasil menangkap dua orang pelaku penembakan Gereja Kristen Indonesia (GKI), Polres Indramayu terus menyelidiki asal senjata yang digunakan pelaku.
"Diduga pelaku membeli senjata melalui jasa penyedia senjata via internet," ujar Kapolres Indramayu, AKBP G Pangarso Raharjo Winarsadi, Sabtu (17/3).
Pangarso menjelaskan, pihaknya juga terus melacak situs online yang menjual senjata kepada pelaku. Berdasarkan penyelidikan, senjata yang digunakan pelaku adalah senjata air soft gun.
Seperti diketahui, GKI yang terletak di Jalan Raya Cimanuk, Kelurahan Karangmalang, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, diberondong tembakan oleh orang tak dikenal, Jumat (16/3), sekitar pukul 12.45 WIB.
Meski tak ada korban dalam peristiwa itu, namun sejumlah kaca depan GKI pecah. Begitu pula dengan pintu depan GKI yang terlihat berlubang. Selang lima jam setelah peristiwa itu, polisi berhasil mengamankan dua orang yang diduga menjadi pelaku penembakan.
Mereka adalah Haidir (30) asal Bandung, dan sepupunya, Desta alias Resta Ananda (16) warga Indramayu. Mereka diamankan di dalam sebuah mobil VW Carafalle bernopol D 801, di ruas Jalan Ir Juanda, Kelurahan Lemah Mekar, Kecamatan Indramayu, Jumat (16/3) sekitar pukul 17.30 WIB.
Penangkapan pelaku itu bermula dari pengamatan polisi terhadap hasil rekaman CCTV yang ada di GKI. Dari hasil gambar CCTV tersebut polisi berhasil mengidentifikasi jenis kendaraan yang digunakan pelaku. Polisi yang bergerak cepat dan disebar di berbagai titik lokasi itu akhirnya menemukan mobil pelaku. "Motif (penembakan) masih kami dalami," kata Pangarso.
Sementara itu, ibu kandung Desta, Yayah (46), mengaku terkejut anaknya ditangkap polisi karena diduga terlibat dalam aksi penembakan terhadap GKI. Apalagi selama ini dia memastikan anaknya tidak masuk ke dalam kelompok atau jaringan apa pun. "Haidir dan Desta menghadiri acara keluarga sehari sebelum kejadian," tutur Yayah.
Hal senada diungkapkan Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Indramayu, Zaenal Arifin. Dia pun mengaku tidak menyangka jika anak didiknya terlibat dalam aksi tersebut. "Kami berharap masalah ini dapat cepat selesai," kata Zaenal.