Rabu 15 Feb 2012 11:44 WIB

Teaterikal Bramantyo di Markas MMI Berakhir Rusuh

Rep: Agus Raharjo/ Red: Hafidz Muftisany
Bramantyo Prijosusilo
Foto: centerforminoritygenderandhumanrights.org
Bramantyo Prijosusilo

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Aksi yang dilakukan oleh Bramantyo Prijosusilo, seniman asal Yogyakarta di depan Markas Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) berakhir rusuh, Rabu (15/2). Bramantyo yang melakukan aksi teatrikalnya sendirian diamankan polisi.

Kerusuhan terjadi saat massa MMI berusaha menghakimi Bramantyo karena dinilai melakukan fitnah dan menghina agama Islam. Sempat terjadi dorong-dorongan antara massa MMI dengan aparat polisi yang berusaha mengamankan Bramantyo. Namun, itu tak berlangsung lama, Bramantyo langsung diamankan ke dalam truk oleh pihak berwajib.

Sekitar pukul 09.30 WIB, Bramantyo datang ke lokasi dengan menaiki delman dari arah pasar Kotagede. Seperti dalam rilisnya, ia datang menggunakan pakaian adat jawa lengkap dan membawa sebotol kendi. Rencananya, Bramantyo akan membuat pertunjukan solo berjudul 'Membanting Macan Kerah' serta membaca puisi tentang adanya pemimpin agama (Kalifatullah Panatagama).

"Peristiwa seni saya akan berlangsung singkat dan tidak akan menggunakan alat pengeras suara dan tidak mengerahkan massa penonton," kata dia dalam rilisnya.

Belum sempat melakukan aksi yang telah direncanakannya tersebut, Bramantyo langsung digeruduk massa MMI. Polisi yang jumlahnya puluhan sigap mengamankan pelaku dari amukan massa MMI. Lantas terjadilah dorong-dorongan antara massa MMI dengan pihak aparat yang mengamankan orang yang mengaku seniman Yogyakarta tersebut.

Bramantyo langsung dimasukkan ke dalam truk polisi dan dilarikan ke Polres Bantul. Massa MMI dipimpin langsung oleh ketua MMI Yogyakarta Irfan S. Awwas. Usai mengamankan Bramantyo, tempat kejadian perkara masih dijaga oleh massa MMI.

Irfan S. Awwas mengatakan, aksi yang dilakukan Bramantyo adalah aksi fitnah yang ditujukan pada MMI. MMI oleh Bramantyo dituduh sebagai organisasi masyarakat Islam yang radikal. Gerakan Islam dituduh sebagai pemecahbelah dan pemicu konflik horizontal di Indonesia.

"Padahal selama sebelas tahun berdiri, masyarakat Yogya juga tahu kami tidak pernah berbuat radikal atau kekerasan," kata dia pada wartawan, Rabu (15/2).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement