REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Bom rakitan yang meledak di Semarang pada Kamis (15/3) awalnya sempat dikira mainan oleh ketiga korban. Rakitan tersebut diberikan oleh tersangka, Imam Sukayat.
Kejadian bermula ketika ketiga korban yakni Dwi Pariyanto (32), Ngatmin (40) dan Fajar Santoso (18) sedang mengambil pasir. Saat itu, Imam datang memberikan paralon kepada Dwi. "ki, tak ke'i (bahasa jawa -- ini saya kasih)," ucap Fajar menirukan perkataan Imam, saat ditemui di rumahnya, Jalan Saptamarga Desa Sekip Rt 7/Rw 1, Kelurahan Jangli, Kecamatan Tembalang, Semarang, Jumat (16/3) sore.
Imam memberikan paralon tersebut dengan cara melempar ke tanah yang kemudian diambil oleh Dwi. Setelah diambil oleh Dwi, Imam pun pergi.
Ngatmin yang tadinya berada di atas bangunan segera menghampiri Dwi. "Penasaran itu barang apa, dikirain mainan, dibuka juga. gak bisa," ujarnya.
Fajar menyebut, di paralon sepanjang 20 centimeter tersebut terdapat kabel dan dua buah baterai yang diselotip. Fajar sendiri, saat itu berada sekitar satu meter dari Dwi dan Ngatmin. Saat itu yang memegang paralon adalah Dwi, sedangkan yang menyambungkan kabel adalah Ngatmin. "Setelah disambungkan, langsung meledak," kata Fajar.
Sesaat setelah ledakan, Fajar masih sadarkan diri dan menemukan tubuhnya dirinya luka-luka. Serpihan paralon sempat menancap di lengan kanan Fajar.
Dirinya mengaku tak kenal dengan si tersangka Imam. Namun dirinya mengetahui dari warga sekitar bahwa Imam mengidap penyakit gangguan mental. "Imam orangnya agak gak waras, kalau diajak ngomong suka gak nyambung," ucapnya pria yang baru seminggu bekerja menjadi tukang bangunan di tempat tersebut.
Saat kini, Fajar masih terbaring di ranjang rumahnya. Beberapa bagian tubuhnya seperti pelipis kanan, dagu, jari tangan telunjuk dan tengah tangan kiri serta siku kanan masih terbalut perban.