REPUBLIKA.CO.ID, MUARA TEWEH-- Air Sungai Barito di wilayah Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya, Kalimantan Tengah dalam sepekan terakhir surut, mengakibatkan sejumlah kapal dan tongkang bertonase besar tidak bisa berlayar atau terperangkap.
Dalam sepekan ini hingga sekarang angkutan kapal dan tongkang bermuatan batu bara bertonase besar tidak bisa berlayar karena air sungai surut, kata Petugas Teknis Lalu lintas Sungai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Barito Utara (Barut), Rizalfi di Muara Teweh, Jumat.
Sejumlah kapal tarik atau tunda (tug boat) dan tongkang yang sebelumnya berlayar ke hulu maupun hilir pada saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar di beberapa tempat. Menurut Rizalfi, saat ini ketinggian debit air Sungai Barito pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh Jumat pada angka 2,90 meter yang menunjukkan angka tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar.
"Saat ini tongkang bermuatan dan kosong ada yang bersandar dan kandas di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito," jelasnya. Kapal dan tongkang kosong yang terperangkap itu mencapai puluhan unit sebagian besar milik perusahaan tambang PT Marunda Graha Mineral yang arealnya di wilayah Kabupaten Murung Raya (Mura) dan sejumlah perusahaan di wilayah Kabupaten Barito Utara.
Surutnya sungai sepanjang 900 kilometer yang hulunya berada di wilayah Kabupaten Murung Raya dan mengalir ke wilayah selatan di Kalimantan Selatan itu sekarang sulit diramalkan. Ia menjelaskan, meski saat ini hujan masih turun, namun kenyataannya debit air Sungai Barito turun dan kalau di wilayah hulu hujan maka air kembali naik. "Kami sulit memprediksi kondisi Sungai Barito," ujarnya.