REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ulat bulu dari jenis Arctornis submarginata, yang saat ini populasinya meledak di Probolinggo, merupakan hama baru. Pasalnya spesies ini sebelumnya tidak pernah dilaporkan menimbulkan kerusakan berat pada tanaman mangga.
Guru Besar Ilmu Hama Tanaman Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Aunu Rauf, yang dihubungi dari Jakarta, Jumat, mengatakan, pihaknya telah membawa sampel kepompong dari Probolinggo ke Bogor untuk diteliti.
"Ulat Arctornis submarginata boleh dikatakan hama baru. Bahkan sebetulnya ulat ini tidak dikenal dalam kepustakaan hama mangga," ujarnya. Menurut Aunu, selama puluhan tahun ini ulat Arctornis submaginatus selalu rendah populasinya karena dikawal ketat oleh musuh alaminya," katanya.
Menurut dia, spesies ini sebelumnya tidak pernah membuat ulah sehingga luput dari perhatian dan tidak ada penelitian yang telah dilakukan terhadap ulat ini.
Bahkan tulisan Dr CJH Franssen berjudul "Een Beknopt Overzicht van de Plagen van de Mangga" (Hama-hama pada Tanaman Mangga di Hindia Belanda) terbitan tahun 1941 sama sekali tidak menyebut-nyebut ulat ini.
Padahal para ilmuwan Belanda pada masa kolonial dikenal sangat tekun dan rapih dalam mencatat segala fenomena alam yang terjadi di Indonesia. "Namun secara umum siklus hidup spesies ini berlangsung sekitar 4-5 minggu, dengan seekor betina mampu meletakkan telur sebanyak 300 butir," katanya.
Menurut dia, dalam beberapa minggu mendatang ini pohon mangga di Probolinggo yang diserang sebetulnya sudah siap untuk berbunga, namun karena daunnya habis dimakan ulat, diperkirakan masa pembentukan bunga dan buah akan tertunda atau mundur.
"Minggu lalu (4-5 April) pada saat berkunjung ke Probolinggo, serangan telah mereda karena sebagian besar ulat telah memasuki fase kepompong. Bahkan pada 13 April diperkirakan sebagian besar kepompong telah menjadi ngengat dan telah meletakkan telur," katanya.
Namun karena pohon mangga yang sudah terserang itu gundul, diperkirakan ngengat akan terbang ke pohon lain yang belum terserang, baik yang ada di sekitarnya maupun yang berjarak cukup jauh.
"Kiranya hal ini perlu diwaspadai dengan melakukan deteksi dini terhadap serangan ulat bulu. Bila ditemukan serangan perlu segera dimusnahkan dengan cara memotong ranting terserang dan kemudian menguburnya," katanya.
Mengingat intensifnya pengendalian yang telah dilakukan oleh Dinas terkait dan masyarakat, serta mulai meningkatnya peran musuh alami di lapangan dalam 1-2 minggu terakhir ini, serangan lanjutan dari generasi berikut cenderung tidak terjadi. "Kalaupun terjadi, tidak akan terlalu dahsyat, ujar Aunu.