REPUBLIKA.CO.ID MEDAN -- Tindakan kekerasan terhadap pers kembali terjadi. Kali ini dialami Harian Orbit, Medan, Sumatera Utara. Sekelompok orang menyerang kantor harian yang berkantor di Jl. Amir Hamzah itu. Diduga pelaku melakukan penyerangan terkait pemberitaan soal judi dan penganiayaan yang dilakukan seorang pejabat.
Pimpinan Umum Harian Orbit, Makhsin, mengatakan selama ini Harian Orbit cukup tegas dalam pemberitaan. Makhsin tidak mau buru-buru menuduh siapa di balik penyerangan tersebut. "Kami belum tahu pasti apa motif penyerangan. Namun dugaan kuat, ada pihak yang tidak senang dengan berita yang pernah dimuat. Kami serahkan pengusutan kepada pihak kepolisian," katanya kemarin (4/5).
Dugaan sementara, motif penyerangan akibat pemberitaan media tersebut terkait masih maraknya praktik judi dan kasus penganiayaan yang melibatkan wali kota Medan, Rahudman Harahap. Dari hasil olah TKP, petugas mengamankan sejumlah batu, kayu dan komputer yang dirusak para pelaku sebagai barang bukti.
Sementara Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga mengatakan motif penyerangan belum bisa dipastikan. Pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap para pelaku. "Motif masih didalami. Kan pelaku masih dimintai keterangan. Apakah mereka disuruh nah disuruh siapa? atau inisiatif sendiri? Terus kenapa? Nanti kita telusuri lagi," imbuhnya.
Namun Tagam sudah mendengar informasi penyebab penyerangan terkait soal pemberitaan Harian Orbit beberapa hari ini. Hanya saja ia enggan mengungkap lebih detail. "Kita ini kan negara yang bebas berpendapat. Kalau tidak terima pada suatu berita yang diklarifikasi atau hak jawab. Tidak boleh menggunakan kekerasan nggak boleh itu," terangnya.
Sebelumnya, kantor redaksi Harian Orbit di Jl Amir Hamzah, Medan, Sumatera Utara (Sumut) diserang sekelompok orang. Insiden terjadi pada Selasa (3/4/2011) malam sekitar pukul 22.15 WIB. Polres Medan berhasil menangkap 20 orang yang diduga pelaku penyerangan. Para pelaku kini tengah diperiksa menyangkut tindakan kekerasan yang dilakukannya terhadap institusi pers itu.
PWI Sumut pun langgsung protes dan menyesalkan tindakan kekerasan itu. "Semestinya kalau keberatan terhadap suatu berita ada ruang yang bisa digunakan, yakni hak jawab. Jangan main kekerasan seperti itu,'' kata Syahril, Ketua PWI Sumut. Ia berharap polisi bisa mengusut latar belakangg kasusnya, termasuk dugaan adanya pejabat teras yang menjadi otak di belakangnya