REPUBLIKA.CO.ID,KERINCI--Sampel serpihan belulang diduga fosil manusia purba yang ditemukan warga Kumun Hilir Kecamatan Kumun-Debai Kota Sungaipenuh, Jambi akan segera dikirimkannya ke Jakarta untuk diteliti di laboratorium kepurbakalaan.
"Guna memastikan makluk apa yang gigi dan tulang-tulangnya ditemukan Pardinal di desa Kumun ini, saya akan mengirim sampel tulang ini ke jakarta guna diteliti di laboraterium kepurbakalaan BP3 Kemenbudpar," kata peneliti dan budayawan Iskandar Zakaria di Kerinci, Sabtu.
Hal tersebut dilakukan, menurut Iskandar guna memastikan jenis makluk yang gigi dan fosil tulangnya telah ditemukan warga Kumun di lokasi penambangan pasir dan batu yang berada tidak jauh dari lokasi benda cagar budaya batu Seilindrik (batu Gong) di Koto Beringin-Kumun.
Belulang tersebut diambil Iskandar dari bekas galian Pardinal (penambang penemu pertma fosil tersebut) yang kebetulan masih tersisa di di dinding tanah bekas galian. "Sampel ini kita ambil langsung dari lokasi galian Pardinal saat pertama kali menemukan gigi dan tumpukan belulang yang diduga fosil tersebut. Kondisinya memang sudah sangat lapuk bercmpur dengan tanah," terang Iskandar.
Hasil penelitian atas sampel tersebut nantinya bisa jadi kesimpulan apakah gigi dan belulang ini benar adalah fosil makulk purba. Saat ini dirinya hanya bisa memastikan kalau gigi tersebut adalah benar milik makluk berkaki dua.
"Kita hanya bisa memastikan kalau gigi ini adalah milik makluk berkaki dua, bukan berkaki empat seperti disangka warga. Bisa jadi ini tulagn Mawas raksasa seperti Kingkong atau Gorilla, tapi siapa tahu benar adalah fosil manusia purba Homo Kerincineinsis," katanya.
Menurut Iskandar, apapun hasilnya, apakah itu fosil manusia purba homo Kerincineinsis atau fosil Kingkong, Gorila atau 'Orang Pandak' makluk yang dianggap hanya mitos, tetap saja hal itu telah menunjukkan tingkat peradaban dan kehidupan purba yang telah ada di daratan tinggi Kerinci.
"Walau hasil pemeriksanaan sampal ini ternyata adalah Kingkong atau Gorila, atau 'Orang Pandak' tetap saja bernilai tinggi bagi peneliti untuk menakar keberadaan kehidupan dan peradaban di Kerinci masa lampau," lanjutnya.
Pasalnya, tandasnya, kok bisa makluk itu ada di dataran tinggi Kerinci, bagaimana kehidupan mereka semasa itu, dan sampel ini adalah dasar pijak bagi penelitian arkeologi yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan dan sejarah.