REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG - Suara gemuruh dari Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta pascaerupsi akhir 2010 masih terdengar warga dan petugas pos pengamatan di Kabupaten Magelang hingga saat ini. "Masih terdengar, warga juga sering mendengar suara gemuruh itu," kata petugas pengamatan Gunung Merapi di Pos Babadan, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Ismail, di Magelang, Selasa.
Pos Babadan sekitar 4,4 kilometer dari barat daya puncak Gunung Merapi yang akhir Oktober hingga pertengahan November 2010 masuk fase erupsi.
Ia mengaku, mendengar suara gemuruh dari Gunung Merapi yang terakhir pada Sabtu (21/5) sekitar pukul 19.10 WIB. Suara serupa, katanya, juga terdengar satu kali pada April 2010.
Ia mengatakan, suara gemuruh itu berasal dari kedalaman sekitar 200 meter di Merapi.
"Suaranya di dalam gunung, itu magma yang berputar tetapi tidak keluar hingga puncak," katanya.
Hingga saat ini status aktivitas Merapi masih "Waspada" atau setingkat di atas level terrendah "Aktif Normal".
Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) berkantor di Yogyakarta, katanya, hingga saat ini belum merekomendasikan pendakian hingga puncak gunung berapi aktif itu pascaletusan 2010.
"Sampai sekarang belum ada pendakian melalui pos ini dan memang belum direkomendasikan untuk pendakian," katanya. Ia mengatakan, akhir-akhir ini intensitas hujan di puncak Merapi cenderung turun.
Seorang warga Dusun Babadan I, Desa Paten, Kemis (50), mengaku, sering mendengar suara gemuruh dari Merapi. "Memang sering terdengar suara itu. Apalagi kalau malam hari," katanya.
Aktivitas masyarakat setempat yang sebagian besar petani holtikultura, katanya, tetap normal meskipun mereka sering mendengar suara tersebut.