REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Lebih dari 50 persen lahan dilereng Gunung Merapi, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini belum tersentuh penghijauan. Kawasan tersebut rusak parah akibat diterjang awan dan lahar panas.
"Kalau boleh dibilang saat ini penghijauan khsusunya dari para donatur baru menyentuh kawasan-kawasan yang di ring luar yang dekat dengan dekat dengan pemukiman, sedangkan yang di dalam sama sekali belum tersentuh," kata Tim Penghijauan Lereng Merapi Bambang Sugeng, Sabtu (3/6).
Menurut dia, selain memang lokasi yang masih sulit dijangkau selama ini donatur lebih sering melakukan kegiatan penghijauan di lokasi-lokasi bawah sekaligus kegiatan sosial untuk warga korban Merapi.
"Mungkin jika ada donatur yang ingin melakukan kegiatan penghijauan di kawasan tersebut dapat kami bantu untuk mencarikan lahan yang memang benar-benar sangat membutuhkan," katanya.
Ia mengatakan, bibit-bibit pohon yang dibutuhkan untuk kawasan tersebut lebih cenderung pohon keras seperti sengon, jati kebon (jabon) dan pohon keras yang bernilai eknomis lainnya.
"Sedangkan untuk lahan yang dekat dengan pemukiman warga memang selain pohon keras juga bibit-bibit pohon buah-buahan," katanya. Bambang mengatakan, bibit-bibit pohon yang selama ini ditanam para donatur di lereng Merapi memang tidak semuanya bisa tumbuh dengan baik, bahkan ada ribuan yang mati.
"Bibit-bibit pohon yang mati tersebut akibat lokasi penanaman yang tidak tepat sehingga akhirnya mati karena kurang perawatan maupun akibat serangan hama ulat," katanya. Ia mengatakan, saat ini Tim Penghijauan Lereng Merapi terus melakukan pemantauan terhadap bibit-bibit pohon yang ditanam para donatur tersebut agar tidak mati dan tumbuh baik.
"Jika ada donatur yang setelah menanam tidak merawatnya maka kami akan merawatnya sampai benar-benar hidup, selain itu untuk mencegah serangan hama ulat kami juga melakukan penyemprotan insektisida," katanya.