REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI - Dua unit gedung sekolah di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra), nyaris roboh tertimbun longsor akibat dampak dari aktivitas perusahaan yang melakukan penambangan di sekitar lingkungan sekolah tersebut.
Salah seorang tokoh masyarakat Desa Tapunggaya, Kecamatan Molawe, Kabupaten Konawe Utara, Salim di Kendari Jumat mengatakan, dua unit gedung sekolah yang nyaris tertimbun longsor di kawasan usaha pertambangan itu adalah SMP Negeri 3 Lasolo dan SD Tapunggaya.
"Kedua sekolah tersebut nyaris roboh akibat dampak kegiatan penambangan yang dilakukan salah satu perusahaan penambang nikel di wilayah itu," ujarnya.
Salim mengatakan, kedua gedung sekolah ini rawan tertimbun tanah longsor karena lokasi gedungnya berada di tepi bukit areal penambangan yang dilakukan PT Sriwijaya. "Kondisi sekolah ini memprihatinkan karena setiap musim hujan dibanjiri lumpur dari galian tambang itu, dan musim panas dipenuhi debu. Selain ancaman longsor, juga rawan terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagi siswa dan guru," katanya.
Salim mengatakan, lokasi kedua unit sekolah tersebut memang berada dalam kawasan kosensi izin usaha pertambangan (IUP) yang dimiliki PT Sriwijaya Raya, dan pihak perusahaan itu tampaknya kurang memiliki kepedulian terhadap nasib sekolah itu.
Padahal, kata dia, kedua sekolah tersebut telah lama dibangun pemerintah di lokasi itu, sebelum terbit IUP yang dimiliki PT Sriwijaya Raya.
Ketua Komisi C DPRD Konawe Utara, Rahman Pagala mengatakan, sejumlah orang tua siswa dan guru dari kedua sekolah tersebut telah mengadukan masalah tersebut kepada pihak DPRD setempat.
"Kami sangat menyesalkan pihak pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Pertambangan yang mengeluarkan izin usaha pertambangan yang mengkapling lahan yang telah memiliki bangunan kedua sekolah tersebut," katanya.