Ahad 10 Jul 2011 15:19 WIB

Mau Maju, Indonesia Butuh Sejuta Insinyur Tiap Tahun

Rep: Nuraini/ Red: cr01
Ilustrasi
Foto: eddyra.net
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Untuk menjadi negara maju, Indonesia dinilai masih butuh banyak insinyur, yakni orang yang merekayasa teknik untuk meningkatkan daya guna.

Sedikitnya, Indonesia masih butuh satu juta insinyur setiap tahun. Sementara perguruan tinggi baik negeri maupun swasta hanya mampu menghasilkan 270 ribu lulusan insinyur per tahun.

Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Muhammad Said Didu, menyebutkan jumlah insinyur di Indonesia masih kalah dengan negara lain. Cina memiliki jumlah insinyur 20 kali lipat dibandingkan Indonesia. Bahkan India memiliki jumlah insinyur tujuh kali lipat dibanding Indonesia. "Di antara negara-negara berkembang, jumlah insinyur Indonesia paling rendah sehingga harus ditingkatkan lagi," ujar Didu, Ahad (10/7).

Menurut Didu, insinyur berbeda dengan sarjana teknik. Insinyur didefinisikan sebagai orang yang telah melakukan rekayasa teknik untuk meningkatkan daya guna. Untuk mendapatkan gelar insinyur, seseorang harus menempuh pendidikan lanjutan. "Kalau dia tidak melakukan rekayasa teknik, belum bisa dapat profesi insinyur," jelasnya.

Jumlah insinyur di Indonesia masih 700 ribu/10 juta penduduk. Sementara jumlah insinyur yang tergabung dalam PII sebanyak 17 ribu orang. "Idealnya, kita butuh lulusan insinyur sampai satu juta per tahun," kata Didu.

Untuk menambah jumlah insinyur di Indonesia, PII akan memberi fasilitas pendidikan profesi insinyur. Para lulusan dari berbagai jurusan dapat mengikuti pendidikan lanjutan untuk menjadi insinyur. Pendidikan lanjutan itu diberikan selama 40 sampai 60 jam.

Sementara itu, Ketua PII Jatim, Irsyad Hisyam, mengatakan pihaknya akan menggandeng sebanyak mungkin lulusan sarjana untuk menjadi insinyur. PII Jatim telah bekerjasama dengan ITS dan Universita Brawijaya Malang untuk memfasilitasi pendidikan insinyur. "Kita ingin mencetak sebanyak mungkin insinyur dan kita siap memberi fasilitas pendidikan," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement