REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA - Prof Luh Ketut Suryani, salah seorang psikiater terkemuka Bali menduga saat ini cukup banyak wanita Bali yang tidak mau mengurus anaknya akibat sibuk bekerja. "Dugaan itu muncul dari pengakuan sejumlah pasien yang kemudian dibuktikan dalam survei," katanya usai melakukan pertemuan dengan Wakil Menteri Amerika Serikat untuk Demokrasi dan Urusan Global, Maria Otero, di Nusa Dua, Bali, Ahad (24/7).
Dia mengatakan, penyebab keengganan sebagai kaum hawa mengurus anak itu kemungkinan akibat cara pandangnya yang salah menafsirkan emansipasi. Sebab selama ini cukup banyak wanita yang menafsirkan bahwa emansipasi itu adalah memperoleh persamaan hak dengan kaum laki-laki seperti yang dikumandangkan negara luar.
"Padahal penafsiran seperti salah dan mengakibatkan kecenderungan melupakan kodrat mereka sebagai kaum hawa," ujarnya.
Prof Suryani, dengan melupakan kodrat itu membuat banyak kaum hawa yang sibuk menjadi wanita karir atau pengusaha lebih memfokuskan diri pada pekerjaan dibandingkan pada keluarga dan anaknya. "Saat ini banyak kaum hawa yang lebih mempercayakan anaknya unuk diurus pembantu atau menitipkan kepada anggota keluarga lainnya," ujarnya.
Menurut dia, kondisi itu cukup mengkhawatirkan, karena yang akan mengalami kerugian adalah mereka sendiri. "Jangan salahkan nanti jika banyak anak yang tidak peduli kepada ibunya karena masa kecilnya dulu tidak diperhatikan dan diurus," katanya menandaskan.
Selain menyoroti tindakan tersebut, psikiater yang sangat peduli masyarakat kecil itu juga menyatakan, ketidaksetujuaannya kalau perempuan itu kaum yang lemah dan selalu tidak diberikan kesempatan dalam berbagai hal.
"Salah jika menyatakan kaum wanita itu lemah, padahal selama ini yang mengatur di lingkup masyarakat kecil atau keluarga adalah istri. Jadi menurut saya tidak perlu adanya pemberdayaan perempuan tetapi yang seharusnya adalah sebaliknya pemberdayaan laki-laki," ujarnya.
Dia mengatakan, pemberdayaan laki-laki itu dalam hal berbagai tugas dalam pekerjaan di rumah tangga, seperti memasak, urus anak dan mencuci.