REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA - Pascakerusuhan antar-dua kelompok massa pendukung dua bakal calon bupati Kabupaten Puncak, Papua dua hari lalu, ribuan warga Ilaga saat ini menunggu kedatangan sejumlah armada pesawat terbang yang dapat mengevakuasi mereka dari wilayah itu ke Timika.
Kepala Bidang Perhubungan Udara pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Mimika, John Rettob di Timika, Senin membenarkan hal itu berdasarkan laporan dari sejumlah operator penerbangan. "Dari laporan yang kami terima hari ini banyak sekali masyarakat Ilaga yang menunggu di bandara setempat untuk segera ke luar dari Ilaga. Bahkan mereka harus berebutan naik pesawat karena armada yang tersedia sangat terbatas," jelas John.
Ia mengatakan, hari ini tiga maskapai melayani penerbangan dari Timika ke Ilaga yaitu Trigana Air sebanyak tiga kali penerbangan untuk mengangkut 29 personel Brimob atas permintaan Kapolda Papua dan Penjabat Bupati Puncak Papua, Rizki Ambrauw.
Dua maskapai lainnya yaitu John Lin Air dan Susy Air yang sedianya hanya melakukan penerbangan ke Ilaga untuk mengangkut cargo, namun setelah kembali ke Timika "dipaksa" melayani permintaan warga yang hendak mengungsi.
Maskapai John Lin Air melayani penerbangan dari Timika ke Ilaga dan sebaliknya sebanyak tiga kali, sedangkan maskapai Susy Air melayani penerbangan dari Timika ke Ilaga dan sebaliknya sebanyak dua kali. "Tadi semua penerbangan dari Ilaga ke Timika penuh terus. Seperti pesawat Trigana Air bahkan mengangkut penumpang sampai 18 orang," tutur John.
Penerbangan dari Timika ke Ilaga hanya membutuhkan waktu tempuh sekitar 30-40 menit, tergantung kondisi cuaca dengan biaya tiket untuk penerbangan perintis seharga Rp 350 ribu per orang dan tiket komersial seharga Rp 500 ribu per orang.
Menurut John, sejumlah operator penerbangan perintis yang berada di Timika menyatakan siap membantu mengevakuasi warga Ilaga yang hendak mengungsi ke Timika. Namun hal itu sangat tergantung pada kondisi dan situasi keamanan di Ilaga.
"Esok kemungkinan masih ada penerbangan ke Ilaga karena lokasi kerusuhan cukup jauh dari Bandara Ilaga sekitar satu jam berjalan kaki. Ada keinginan operator-operator penerbangan untuk membantu mengevakuasi warga yang mau ke luar dari sana karena jumlahnya banyak sekali, tapi semua tergantung situasi keamanan di sana," jelas John.
Sejauh ini, katanya, belum ada permintaan resmi dari Pemkab Puncak Papua kepada semua operator penerbangan untuk dapat membantu mengevakuasi warganya ke luar dari kabupaten baru yang dimekarkan dari kabupaten induk, Puncak Jaya itu.
Sebagaimana di Ilaga, pada Senin pagi hingga siang banyak warga terutama dari Kwamki Lama dan Utikini Baru datang ke Bandara Mozes Kilangin Timika dengan membawa busur serta anak panah untuk berangkat ke Ilaga guna membantu dua kelompok yang sedang bertikai.
Menyikapi hal itu, menurut John, sejumlah tokoh agama dari Gereja Kingmi meminta sejumlah operator penerbangan agar tidak melayani permintaan warga dari Timika tersebut, terutama kepada warga yang membawa serta senjata tajam.
"Kami juga sudah menyampaikan ke semua operator penerbangan untuk tidak melayani warga yang memaksa berangkat ke Ilaga, apalagi yang membawa serta senjata tajam. Layanan penerbangan hanya diberikan bagi penumpang yang sudah punya tiket yang dibeli sejak pekan lalu sebelum terjadi kerusuhan di Ilaga," jelas John.