Jumat 19 Aug 2011 19:08 WIB

Ponpes Nailul Falah, Panti Terapi Orang Gila

REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN - Pondok Pesantren (Ponpes) Nailul Falah di Dusun Wonoanyar, Desa Karangjatianyar, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, menjadi panti khusus terapi dan rehabilitasi orang-orang gila. Pengasuh Pondok Pesantren Nailul Falah KH Muhammad Rosyidi di Pasuruan, Jumat (19/8) menyebutkan, pondoknya telah menjadi panti khusus terapi dan rehabilitasi orang-oranmg gila sejak tahun 2005.

Ia menyebutkan, sudah ratusan orang gila yang dikirim keluarganya dan sudah pulang karena telah sambuh. Meraka berasal, dari Pasuruan, Malang, Bojonegoro, Situbondo, Madura, bahkan ada juga yang dari Kalimantan.

Kini jumlah orang yang sakit jiwa dan masih menjalani terapi serta rehabiliasi dan sosialisasi dengan masyarakat lingkungan sebanyak 25 orang, empat diantaranya wanita. Rinciannnya, sebanyak 11 orang telah memasuki masa rehabilitasi dan sosialisasi, sisanya masih melakukan terapi secara intensif.

KH Muhamad Rosyidi mengungkapkan, para pasien yang dikirim ke pondok pesantrennya sebagian besar kondisinya sudah parah. Banyak yang telah lama menjalani terapi dan pengobatan secara medik di rumah sakit.

Diungkapkan, para pasiennya sebagian besar sakit jiwa disebabkan depresi berat akibat tekanan ekonomi. Mereka kemudian dikirim keluarga ke pesantren untuk mendapatkan kesembuhan. Dalam melakukan terapi terhadap para pasiennya, Muhammad Rosyidi tidak memasang tarif tertentu.

Pihak keluarga yang mengirimkannya hanya memberikan bantuan biaya sekadarnya. Hanya saja, lanjut Rosyidi, keluarganya harus tulus menyerahkan pasien yang sakit jiwa tersebut dengan syarat tidak akan menuntut jika terjadi seuatu yang tidak diinginkan.

Baik keluarga maupun pondok pesntrean juga sepakat untuk tidak saling bertindak yang merugikan kedua belah pihak. Muhammad Rosyidi mengungkapkan, setelah menyerahkan pasien masih banyak keluarga yang secara rutin tetap mengunjunginya, tapi banyak pula yang tidak pernah mengunjunginya lagi, sehingga ada juga pasien pulang sendiri setelah sembuh.

Disebutkan, terapi yang dilakukan di pondok pesantren meliputi perendaman pasien sekitar dua jam saat tengah malam, sambil terus diajak komunikasi. Jika pasien telah bisa diajak komunikasi pasien kemudian dipindah ke tempat rehabilitasi dan sosialisasi.

Selama masa rehabilitasi, para pasien diajak mengaji Alquran, dan berkesenian hadrah dengan warga sekitar sebagai langkah sosialisasi dengan lingkungannya. Kebetulan warga sekitar juga telah terbiasa bersosialisasi dengan pasien sakit jiwa tersebut, sehingga mempercepat proses penyembuhan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement