REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebuah kerusuhan di Tiaka, Morowali, Sulawesi Tengah, menewaskan dua orang yang salah satunya merupakan seorang mahasiswa di Gorontalo. Mabaes Polri pun akan menyelidiki motif dalam kerusuhan itu.
"Motifnya kami belum mengetahuinya, mungkin adanya ketidakpuasan dalam masyarakat," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Anton Bachrul Alam kepada Republika, Rabu (24/8).
Anton memaparkan kerusuhan itu berawal dari kedatangan sekelompok masyarakat yang mendatangi kantor Pertamina-Medco E&P Tomori dengan menggunakan speed boat pada Ahad (21/8). Sekelompok masyarakat ini ingin bertemu dengan pimpinan Medco, namun karena tidak ada di tempat dengan dalih sedang berada di Jakarta, masyarakat ini pun marah.
Mereka melakukan pengrusakan di lokasi tersebut dan menyandera anggota Brimob dan dari TNI AL yang menjaga kantor itu. Senjatanya pun dirampas. Pada keesokan harinya, datang batuan dari Podal Sulawesi Tengah untuk mengamankan kantor Medco dan juga membebaskan sandera. "Sebelumnya juga ada masyarakat di sekitar lokasi yang ikut disandera," ujarnya.
Akibatnya terjadilah kontak senjata antara polisi dengan sekelompok masyarakat ini. Anggota Brimob, TNI AL dan beberapa warga yang menjadi sandera dapat dibebaskan. Dari kontak senjata inilah, yang menyebabkan dua orang tewas dari warga sipil yaitu Marten dan Arifin alias Ateng.
"Mereka (Polda Sulteng) sudah berusaha, bahkan Kapolres (Morowali) juga dikalungi clurit. Sekelompok masyarakat ini juga meledakkan sumur bor punya Pertamina," jelasnya.
Kini kondisi di Tempat Kejadian Perkara (TKP) telah diamankan pihak kepolisian. Sebanyak 24 orang yang melakukan aksi kerusuhan itu telah diamankan polisi, lima orang di antaranya luka-luka termasuk pemimpinnya.
Sedangkan dua orang yang tewas setelah dicek, salah satunya merupakan mahasiwa di Gorontalo dan satu korban tewas lagi merupakan warga sipil. "Yang buron masih banyak, termasuk salah satunya masih membawa senjata revolver," ucap mantan Kapolda Jawa Timur ini.
Kapolda Sulteng, Brigjen Dewa Parsana, mengakui adanya sekelompok masyarakat sekitar 50 orang yang membawa senjata tajam dan bom molotov ke daerah pengeboran minyak. Kelompok massa itu langsung melakukan pengrusakan terhadap enam sumur bor.
Usai melakukan pengerusakan dua karyawan Medco disandera oleh massa tersebut. "Kami masih terus mengamankan lokasi kerusuhan. Tersangka belum ada, kami masih meminta keterangan dari orang-orang yang telah diamankan," ujarnya.