REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG - Petugas pemantau Gunung Api Lewotobi di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur tidak bisa memantau aktivitas Gunung Api Lewotobi Perempuan (1.703 meter dari permukaan laut) karena alat pemantau seismograf terbakar.
Ketua Pos Pemantau Gunung Api Lewotobi, Bernadinus Tobi, ketika dikonfirmasi, Sabtu (10/9), membenarkan hal itu. Tobi mengatakan kebakaran alat pemantau gunung api tersebut menyusul kebakaran hutan di lereng gunung api itu dalam dua hari terakhir.
"Peralatan tersebut dipasang di lereng Gunung Api Lewotobi. Ketika berlangsungnya kebakaran hutan dalam dua hari terakhir, peralatan tersebut juga ikut terbakar. Kami baru mengetahuinya Jumat (9/9) dan sudah melaporkan ke pusat vulkanologi di Bandung, Jawa Barat," katanya.
Ia mengatakan kondisi Gunung Api Lewotobi Perempuan yang masih berstatus waspada, kini tidak bisa lagi dipantau menyusul kerusakan peralatan pemantau tersebut.
Tobi mengatakan alat pemantau gunung api tersebut dipasang di antara lereng Gunung Lewotobi Perempuan dan Lewotobi Laki-Laki (1.584 meter dari permukaan laut).
"Kini kebakaran hutan di sekitar lereng gunung api kembar itu masih terjadi sehingga kami belum bisa mengecek kondisi seismograf di antara dua gunung api tersebut," katanya.
Aktivitas kegempaan Gunung Api Lewotobi Perempuan, tambahnya, terjadi 95 kali gempa vulkanik setiap hari disertai gempa tremor yang hanya terjadi pada siang hari.
"Sebelumnya, gempa vulkanik sempat meningkat hingga 135 kali, namun terakhir terpantau hanya mencapai 95 kali dalam sehari," kata Tobi menjelaskan.
Aktivitas Gunung Api Lewotobi Perempuan meningkat sejak 25 Agustus 2011 dan ditetapkan menjadi status waspada pada 31 Agustus sampai sekarang.
Jenis gunung api "stratovolcano" ini merupakan gunung berapi kembar, karena tersusun dari Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Gunung Lewotobi Perempuan.
Gunung api ini sudah 17 kali meletus sepanjang 1861-2003. Menyusul kerusakan peralatan pemantau tersebut, warga masyarakat yang menyebar di delapan desa di kaki gunung api tersebut diminta untuk tetap ekstra waspada