Senin 12 Sep 2011 17:55 WIB

Intelijen Daerah Masih Lemah

REPUBLIKA.CO.ID, PALU - Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana mengakui, fungsi intelijen kepolisian masih lemah sehingga mudah muncul bentrokan antarwarga dan warga dengan polisi yang berakhir kerusuhan. Salah satu insiden yang menonjol di wilayahnya adalah terjadinya kerusuhan di kilang minyak Pulau Tiaka, Kabupaten Morowali yang mengakibatkan dua warga tewas dan enam lainnya luka akibat terkena tembakan dari aparat kepolisian.

"Iya masih lemah, termasuk di Sulteng," kata Kapolda kepada wartawan usai serah terima jabatan sejumlah pejabat Polda Sulteng di Palu, Senin (12/9).

Namun, Kapolda mengaku dirinya selalu mengingatkan kepada pimpinan satuan wilayah untuk tetap mengantisipasi setiap kemungkinan yang bisa memicu terjadinya bentrokan di tengah-tengah masyarakat. Salah satunya dengan menyiagakan personel intelijen terutama pada setiap malam Minggu di sejumlah titik rawan untuk mencegah hal-hal yang sepele dan tidak jelas agar tidak meluas dan faktanya diputarbalikkan di lapangan.

"Kita mulai dari memberantas dan menertibkan peredaran minuman beralkohol karena itu merupakan penyebab utama terjadinya bentrokan," kata mantan Wakapolda Sulteng itu.

Untuk itu, Kapolda mengumpulkan seluruh Kapolres di Polda Sulteng mengikuti rapat koordinasi untuk mengintensifkan kerja-kerja intelijen di lapangan agar informasi yang diperolehnya tidak kalah cepat dengan sumber lainnya khususnya provokator. Kata Kapolda, sejauh ini fungsi

intelijen di wilayahnya telah melaksanakan tugasnya dengan baik mulai dari mencari data hingga segera memberikan informasi ke pimpinan tentang kemungkinan yang bisa terjadi di wilayahnya.

Menurut Kapolda, keberadaan intel di wilayahnya masih kurang tanggap dalam mengantisipasi kemungkinan yang bakal terjadi. Artinya, intel Polri harus sudah memahami dan mendeteksi kelompok masyarakat yang melakukan aksi sehingga hal-hal sepele pun bisa terjadi dengan cepat jika tidak segera diantisipasi.

Tidak hanya lemah, Kapolda mengungkapkan jika personel intelijen yang bertugas di wilayahnya juga masih kurang. "Untuk keseluruhan personel di Sulteng, memang sangat terbatas. Makanya pembentukan satuan tugas bantuan keamanan desa (Satgas Bankamdes) sangat membantu tugas kepolisian," tutur Kapolda.

Mengenai keterbatasan personelnya, Kapolda berharap kepada pimpinan Polri agar bisa mempertimbangkan hal itu dengan menambah anggota Polri yang baru. Meski begitu, Kapolda tetap memaksimalkan peran dan tugas anggotanya di lapangan sebagai pelayan, pengayom, dan pelindung masyarakat.

Kapolda menambahkan, khusus keberadaan Satgas Bankamdes itu sangat efektif membantu tugas kepolisian, salah satunya untuk menangkal informasi keliru dan menyesatkan yang mencul di tengah-tengah masyarakat. "Makanya peran Bankamdes kita intensifkan terus," tegas mantan Direktur Reserse Kriminal Polda Jawa Tengah itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement