REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Ratusan siswa SMA Ta'miriyah Surabaya bersama wartawan, Jumat (23/9), menggelar lomba adu panco sebagai tanda menolak kekerasan jenis apapun. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas perkelahian massal antara siswa SMAN 6 Jakarta dengan wartawan beberapa waktu lalu.
"Apapun alasannya, segala bentuk kekerasan sangat tidak dibenarkan. Kami sebagai siswa SMA sangat menyesalkan terjadinya perkelahian massal," ujar salah satu siswi SMA Ta'miriyah, Safitri.
Selain adu panco, para siswa dan wartawan juga membubuhkan tanda tangan di atas kain sepanjang tiga meter sebagai bentuk perjanjian tidak ada kekerasan lagi seperti yang terjadi di Jakarta. "Yang pasti, kami mengutuk keras adanya peristiwa yang mencoreng muka pendidikan Indonesia tersebut," tutur Safitri.
Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia Korwil Surabaya, Hari Tambahyong, menyambut baik aksi solidaritas antara wartawan dengan siswa-siswa SMA itu. Menurut dia, saat ini bukan saatnya segala permasalahan diakhiri dengan kekerasan, apalagi sampai mengakibatkan perkelahian massal kedua belah pihak.
"Kami sangat mengapresiasi kesepakatan dan pengutukan aksi kekerasan. Tidak hanya antara siswa dengan wartawan, namun dengan semua pihak, supaya lebih menekankan sisi musyawarah dibandingkan kekerasan," katanya.
Pihaknya berharap, kejadian yang dialami rekan-rekan wartawan dengan siswa SMAN 6 Jakarta adalah terakhir kali dan tidak ada lagi kekerasan yang terjadi dalam bentuk apapun. "Satu kata, yaitu damai. Tidak ada gunanya beradu fisik. Mari semuanya lebih mementingkan norma kebersamaan dan mengesampingkan ego," tutur wartawan RCTI tersebut.