REPUBLIKA.CO.ID,DUMAI--Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Dumai, Riau, menolak 20 pasien yang merujuk untuk menjalani perawatan di rumah sakit milik pemerintah daerah itu dengan alasan kondisi ruangan yang tengah kelebihan kapasitas, Rabu.
Direktur Utama RSUD Dumai, Paisal, mengatakan, ke 20 pasien tersebut didominasi oleh kaum ibu hamil yang ingin mendapatkan pelayanan persalinan. Sementara selebihnya merupakan pasien yang menderita berbagai penyakit biasa, mulai dari demam dan lainnya.
Paisal menjelaskan, saat ini kapasitas ruang rawat inap yang tersedia di RSUD Dumai hanya memiliki tempat tidur sebanyak 76 unit untuk kelas tiga atau ekonomi, dan 25 unit tempat tidur dengan ruangan eksekutif kelas satu dan dua yakni sebanyak 25 unit.
"Jumlah ini masih belum ideal untuk rumah sakit daerah yang menanggung jumlah seluruh pasien subsidi itu, baik yang tergabung dalam Jaminan Kesehatan Kota (Jamkesko) maupun program subsidi kesehatan pemerintah lainnya, termasuk Jaminan Persalinan (Jampersal)," kata Paisal.
Dia menjelaskan, penolakan pasien tersebut terpaksa dilakukan oleh sejumlah staf RSUD mengingat daya tampung yang terbatas. "Jika dipaksakan kami khawatirkan akan membahayakan pasien terutama mereka yang ingin menjalani persalinan. Kami sarankan mereka merujuk diri ke rumah sakit atau klinik terdekat lainnya," kata dia.
Walau terjadi pembludakan pasien, Paisal menjamin tidak akan mengurangi pelayanan yang diberikan oleh para medis dan perawat yang bertugas di RSUD. "Semaksimal mungkin kami bekerja demi masyarakat. Namun kami juga yakin, semaksimal apapun yang kami lakukan, masyarakat pasti tetap akan kurang puas mengingat keterbatasan ruang rawat inap yang tersedia," ujarnya.
Paisal menjelaskan, membludaknya jumlah pasien disebabkan sejumlah faktor, terutama banyaknya program-program pemerintah terkait subsidi kesehatan untuk kesejahteraan rakyat.
"Namun sebaiknya semuanya itu didukung dengan sarana dan prasarana yang ada. Terutama untuk RSUD ini, sebaiknya dibangun dengan kapasitas yang memadai," katanya.
Menurut Paisal membludaknya pasien di RS yang dipimpinnya itu sudah sangat sering terjadi, terlebih ketika memasuki musim pancaroba yang kemudian diikuti dengan musim kehamilan bagi wanita berkeluarga seperti saat ini.
"Setiap tahun pasti ada pancaroba atau masa transisi iklim. Begitu juga dengan kehamilan dan proses persalinan wanita pasti setiap tahunnya ada musim dengan rentan waktu yang tak tentu. Tahun ini, bulan September sepertinya waktu puncak untuk kedua musim tersebut," ujar Paisal.
Dia menjelaskan, sejak jauh hari pihaknya telah berupaya untuk mempercepat proses penambahan ruangan perawatan dan unit tempat tidur di RSUD. "Termasuk juga melakukan koordinasi dengan sejumlah perusahaan yang beroperasi dan berdomisili di Dumai. Sebelumnya kami berharap perusahaan dapat membantu membangun gedung RSUD dengan menggunakan anggaran dana bantuan sosial (CSR) yang mereka punya.
Namun upaya kami gagal, karena semua perusahaan tidak menyiapkan anggaran untuk fisik atau bangunan. Mereka (perusahaan) hanya dapat membantu peralatan medis saja," kata Paisal.
Dengan demikian kata dia, RSUD hanya akan menunggu anggaran dari pemerintah daerah yang telah diajukan dan disetujui oleh seluruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dumai.
Anggaran yang diajukan kata Paisal yakni sekitar belasan miliar rupiah. Namun menurut dia kemungkinan baru akan terealisasi pada tahun 2012 mendatang, mengingat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dumai yang tahun ini (2011) banyak tercurah ke sejumlah proyek berkelanjutan, termasuk proyek air bersih dan lainnya.
"Selain penambahan ruangan rawat inap khususnya untuk kelas tiga, kami juga berencana untuk menambah jumlah pegawai medis khususnya perawat agar pelayanan dapat lebih optimal," kata Paisal.
Secara terpisah, Anggota Komisi III DPRD Dumai, H Jufridah, mengatakan, pihaknya sangat mendukung rencana alokasi anggaran untuk pembangunan penambahan ruang rawat inap serta fasilitas medis di RSUD Dumai.
"Saya yakin semua Anggota DPRD yang ada saat ini mendukung rencana alokasi APDB untuk membangun sarana dan pengadaan fasilitas RSUD mengingat rumah sakit merupakan instansi yang sangat erat dengan kesejahteraan rakyat," ujarnya.
Selain penambahan ruang rawat inap dan tempat tidur, kata dia, sebaiknya juga RSUD menambah pegawainya guna optimalisasi pelayanan masyarakat. "Namun penambahan perawat atau staf RSUD disiasati bagaimana agar tidak membebani APBD, salah satunya yakni tenaga medis atau perawat yang ada di tiap pusat kesehatan masyarakat kembali di data. Bagi yang berlebih atau kinerjanya kurang optimal, bisa di pindah tugaskan untuk membantu di RSUD," kata Jufridah.