REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN – Menurut Dirut RSUP Adam Malik Medan, dr Azwan Hakim Lubis, seluruh korban pesawat Casa 212 sudah berhasil diidentifikasi.
Jumlah seluruhnya 18 orang, termasuk awak kabin. "Umumnya kondisi tubuh jenazah mengalami luka-luka terbuka dan memar serta patah tulang. Yang paling parah dialami pilot, Kapten Famal Ishak, dan co pilot, Budiono," kata Azwan kepada wartawan di Medan, Ahad (2/10) malam.
Menurut Azwan, kemungkinan besar pilot dan co pilot terkena hantaman keras, karena posisinya di bagian depan, di mana pesawat mengalami benturan paling kuat.
Sedangkan penumpang lain, kebanyakan mengalami patah tulang akibat benturan keras dan luka-luka. Namun demikian, Azman tidak mau memastikan apa yang menjadi penyebab kematian dari seluruh penumpang.
Yang jelas ada keluarga korban yang tidak puas dan berspekulasi, setelah melihat jenazah Tia Apriliani, salah seorang penumpang. "Keponakan kami tubuhnya nampak utuh, tidak banyak luka-luka," kata salah seorang keluarga korban.
Dengan kondisi seperti ini, dia menduga Tia sebenarnya tidak serta-merta tewas, sebagaimana dikatakan Ketua Basarnas, Daryatmo. "Sangat mungkin, kalau regu penolong cepat, keponakan kami akan selamat," katanya sambil terisak.
Sebelumnya, banyak keluarga korban yang menyesalkan tindakan penyelamatan yang dianggap lamban. Sebab meski sudah diketahui lokasi jatuhnya, tindakan penyelamatan dan evakuasi baru dilakukan tiga hari kemudian. Alasan Basarnas, cuaca buruk dan medan yang sulit, faktor yang menghambat dilakukannya penyelamatan para korban Casa 212 di hutan Bahorok.