REPUBLIKA.CO.ID, BATU--Sejumlah petani apel di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, beralih ke tanaman tebu, akibat harga apel yang terus merosot dalam beberapa bulan terakhir.
Salah satu petani apel yang sudah sepekan beralih ke tanaman tebu, Sukardi, Rabu mengaku, biaya produksi yang tidak sesuai dengan harga jual, menjadi penyebab beralihnya petani ke tanaman tebu. Apabila petani ingin menghasilkan apel yang bagus, maka membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi.
"Aplagi kalau musim kemarau seperti saat ini, tanaman apel juga rentan dengan serangan penyakit cambuk putih," katanya.
Selain itu, harga pupuk untuk tanaman apel juga sangat mahal, menurut Sukardi, harga satu karung pupuk kandang (kotoran sapi) ukuran 40 kg sebesarRp8 ribu, dan satu karung hanya bisa digunakan untuk satu pohon selama enam bulan.
"Untuk itu, petani saat ini hanya ingin praktis, dengan menanam tebu atau mereka pindah lahan ke lain tempat, seperti di Pujon, Kabupaten Malang," katanya.
Sekretaris Kelompok Tani Bumi Jaya II Kecamatan Bumiaji, Darmanto, mengakui, jika sebagian petani apel sudah beralih ke tanaman tebu. Menurut data yang dihimpun Darmanto, sedikitnya enam hektare lahan apel milik anggota Kelompok Tani Bumi Jaya II Kecamatan Bumiaji, sudah berganti ditanami tebu.
"Mereka beralih karena tidak kuat menanggung beban biaya perawatan yang tinggi, sehingga sejumlah anggota pindah beralih ke tebu," katanya.
Sementara itu, untuk total lahan apel yang sudah beralih ke tanaman tebu di wilayah Bumiaji mencapai sekitar 15 hektare. Darmanto menjelaskan, harga apel saat ini cenderung tidak stabil, sebab harga jual apel sekitar Rp8 ribu perkilogram, sedangkan biaya perawatan mencapai antara Rp35-Rp40 juta perhektare.