REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN--Puluhan nelayan produsen ikan asin di Belawan Medan, Sumatera Utara terancam bangkrut akibat kesulitan memperoleh pasokan minyak tanah. "Sejak pasokan minyak tanah dari Pertamina ke Belawan terhenti pada Januari 2010, banyak nelayan kesulitan memproduksi ikan asin," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Medan, Zulfahri Siagian, Kamis.
Untuk melanjutkan usaha pembuatan ikan asin, lanjut dia, banyak nelayan mencoba menggunakan bahan bakar minyak jenis solar untuk merebus ikan tersebut. Namun penggunaan solar untuk memasak ikan dinilai tidak efektif dan efisien, baik dari sisi kualitas maupun biaya produksi.
Penggunaan solar untuk bahan bakar merebus ikan cenderung menimbulkan bau dan asap hitam, sehingga ikut mempengaruhi warna dan rasa ikan tersebut. "Penggunaan solar juga membuat biaya produksi ikan asin menjadi bertambah lebih besar dibanding dengan menggunakan minyak tanah," ujarnya.
Dia membenarkan bahwa kalangan nelayan Belawan enggan menggunakan gas elpiji untuk merebus ikan, karena rentan menimbulkan risiko kebakaran. "Proses merebus ikan umumnya dilakukan di atas perahu, sehingga rawan mengakibatkan kebakaran ketika perahu mereka diterjang ombak ataupun angin kencang," tambahnya.
Untuk menyelamatkan kelangsungan usaha nelayan di bidang pembuatan ikan asin, HNSI Medan meminta kepada PT Pertamina Region I agar kembali mendistribusikan minyak tanah ke sentra perikanan Belawan. Dia menilai Pertamina dalam hal memasok minyak tanah untuk kebutuhan nelayan di wilayah itu terkesan diskriminatif.