REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menilai perlu intervensi atau campur tangan pemerintah untuk melakukan proteksi terhadap kentang impor yang membuat petani rugi. Ketua YLKI Jambi Warasdi di Jambi, Jumat, mengatakan masalah menumpuk ratusan ton kentang petani, tidak saja terjadi di pulau Jawa namun juga di Sumatera termasuk di Kabupaten Kerinci.
"Menumpuk dan terancam membusuknya ratusan ton kentang petani itu akibat kalah bersaing dengan harga kentang impor yang membanjiri pasar dalam negri," katanya.
Ia menyebutkan untuk menyelamatkan petani dari kerugian itu, pemerintah perlu turun tangan untuk mengambil kebijakan memproteksi kentang iompor tersebut.
Ulah importir nakal yang ingin meraih keuntungan sepihak tanpa memikirkan nasib petani juga perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah untuk melakukan pembinaan.
Dalam keterangan terpisah Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Kerinci, Bambang Karyadi mengatakan, daerahnya merupakan sentra pertanian, khususnya buah-buahan dan sayur-sayuran di Provinsi Jambi.
Wilayah paling barat Provinsi Jambi itu merupakan dataran tinggi berda di sisi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di kaki Gunung Kerinci serta dikelilingi Bukit Barisan.
Kentang merupakan salah satu produksi pertanian andalan bagi warga di Kecamatan Kayu Aro yang berada di kaki gunung Kerinci tersebut, yang kini terancam rugi karena banyaknya kentang yang menumpuk. Kentang-kentang yang diproduksi petani setempat itu kini banyak menumpuk di gudang-gudang petani, karena tidak ada permintaan dari agen yang biasa memesan atau membeli kentang mereka.
Harga kentang di pasaran, atau daerah yang biasa tempat pemasaran seperti Jakarta dan Lampung berkisar antara Rp 3.000 hingga Rp 4.000/kg, dan itu kalah bersaing dengan harga kentang impor. "Kami berharap pemerintah pusat bisa melindungi produksi kentang dalam negeri dengan melakukan proteksi terhadap kentang impor," kata Bambang Karyadi.