REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Rangkaian prosesi pernikahan putri bungsu Raja Kraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X GKR Bendara dan KPH Yudanegara diakhiri dengan pamitan di Gedung Jene Kraton Yogyakarta, Rabu (19/10). Keluarga KPH Yudanegara akan memboyong GKR Bendara ke Jakarta dan rencananya akan dilangsungkan ngundhuh mantu, pada 27 November di Sampoerna Strategic Jakarta.
Kedua pengantin bersama dengan keluarga besar pengantin pria berangkat dari Bangsal Kasatriyan untuk menemui Sultan dan keluarga besarnya. Rombongan pengantin ini dipimpin oleh adik kandung Sultan KGPH Hadiwinoto, didampingi beberapa kerabat kraton.
GKR Bendara yang mengenakan kebaya singkep warna merah muda dan KPH Yudanegara yang mengenakan pakaian atela warna putih dan blangkon tampak tersenyum ceria saat berjalan dari Bangsal Kasatriyan menuju Gedung Jene. Sultan yang mengenakan busana tagwa dan didampingi GKR Hemas memberikan nasihat kepada kedua pengantin menggunakan bahasa Indonesia.
"Biar tidak perlu diterjemahkan, saya pakai bahasa Indonesia saja," kata Sultan membuka pembicaraan. Sultan mengucapkan terima kasih kepada keluarga besan dan keluarganya yang telah mendukung prosesi pernikahan sehingga berjalan lancar.
Sultan juga mohon maaf kepada keluarga besan yang berasal dari Lampung karena semua tradisi menggunakan tata cara Jawa yang belum biasa dilakukan keluarga besan. Di samping itu Sultan HB X juga meminta maaf kepada seluruh masyarakat yang terganggu dengan adanya prosesi kirab pengantin.
Dalam nasihatnya, Sultan meningatkan kepada kedua putri dan menantunya untuk tidak terbelenggu dengan emosi dan ambisi pribadi. "Perbedaan cara pandang merupakan hal yang lumrah dalam berumah tangga, namun jangan sekali-kali satu sama lain saling menguasai. Tapi bagaimana membangun dialog komunikasi dalam kehidupan. Kalian juga harus bisa menjaga integritas diri dan keluarga," saran dia.
Keterbukaana dan komunikasi harus dibangun untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin. Untuk membina keluarga yang harmonis harus bisa saling menjaga, menghormati dan menghargai satu sama lain.
Kehilangan harta dan kekayaan, kata Sultan, tidak akan menghilangkan apapun. Kematian hanya menghilangkan setengah dari yang kita miliki. Tetapi kehilangan harga diri sama dengan kehilangan segala-galanya. Kehormatan diri, sangat dipertaruhkan dalam kehidupan berumah tangga. Untuk itu perlu adanya integritas menjaga kehormatan dengan saling melindungi dan mengayomi.
Sementara itu Wakil dari keluarga KPH Yudanegara, Tursandi Alwi mengatakan keluarganya juga memohon maaf atas selama prosesi berlangsung, misalnya mengalami kesulitan dalam berbusana, kesalahan pilihan kalimat, dan lain-lain. Semua kesalahan pasti bukan disengaja. Tetapi karena keterbatasan pengetahuan dan tata cara di dalam kraton.
"Kami juga mohon pamit untuk kembali ke Jakarta," kata Tursandi yang pernah menjadi Sekretaris Wakil Presiden RI ini.