REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam tiga hari terakhir, terjadi dua kali aksi peledakan bom di Ambon, Maluku, yaitu pada Sabtu (19/11) dan Senin (21/11). Menurut Polri, pelaku peledakan bom di Ambon bukan merupakan satu jaringan dan dilakukan sendiri-sendiri.
"Pelakunya berbeda, apalagi itu bom pipa yang setiap orang bisa merakitnya sendiri," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Saud Usman Nasution, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (21/11).
Saud memaparkan bom pertama meledak pada Sabtu (19/11) lalu di Jalan Philiph Latumahina, Kecamatan Sirimau, Ambon, tepatnya di samping panti pijat Nakamura sekitar pukul 21.00 WIT.
Kemudian bom kedua meledak pada Senin (21/11) dini hari sekitar pukul 00.30 WIT di pekarangan rumah keluarga Tahalele di Karang Panjang RT 2 RW 4, Kecamatan Sirimau, Ambon.
Berdasarkan tiga orang saksi pada ledakan bom kedua, ada dua orang yang berboncengan naik sepeda motor dan melemparkan satu buah bom pipa ke pekarangan rumah keluarga Tahalele. Saat terjadinya ledakan bom, tiga saksi tersebut kebetulan sedang duduk-duduk di dekat TKP. Dalam kejadian itu, tidak ada korban jiwa maupun harta benda yang rusak.
Ia mengatakan maraknya peledakan bom di Maluku, juga terkait dengan trauma masa lalu akibat kerusuhan Ambon pada 1999 dan September 2011 lalu. Di Maluku, tambahnya, masih banyak bahan-bahan peledak dan masyarakat juga dapat mengolahnya sendiri dari sisa-sisa Perang Dunia II. Di Maluku, bom pipa dianggap biasa dan tidak dianggap aneh karena bersifat low explosive.