REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) cabang Bali sering mendapat tudingan dari berbagai pihak. Ini sehubungan adanya oknum yang mengaku wartawan dan melakukan pemaksaan melalui cara menawarkan jasa pembuatan spanduk, baju, iklan, hingga jualan taplak meja.
"Padahal, kami tidak ada program atau kebijakan untuk menawarkan jasa. Apalagi, ini hingga berjualan produk semacam itu. Kami sedih dan prihatin mendapat tudingan seperti itu," kata Ketua PWI cabang Bali, Bagus Ngurah Rai, di Denpasar, Senin.
Ia menegaskan bahwa PWI cabang Bali sama sekali tidak memiliki program yang bisa mencoreng citra kewartawanan. Apalagi, program di luar kepentingan profesi.
"Tugas pokok anggota PWI melakukan liputan berita dan melaporkannya kepada publik,'' tandasnya. ''Kita juga mengemban tugas kontrol sosial. Bukan menjual jasa seperti tudingan banyak pihak.
Bagus mengatakan pihaknya baru-baru ini mendapat komplain dari Pemkab Tabanan saat menjelang peringatan ulang tahun daerah tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, PWI Bali mengimbau kepada semua pihak untuk waspada, teliti dan hati-hati ketika ada oknum yang mengaku atau mengatasnamakan wartawan atau organisasi kewartawanan.
Lebih-lebih oknum tersebut mengaku dari organisasi PWI. Hal itu penting dilakukan mengingat jumlah organisasi kewartawanan sejak era reformasi bertambah menjadi 30 organisasi. Di antara 30 organisasi kewartawanan itu ada yang nama dan logonya mirip dengan PWI.