REPUBLIKA.CO.ID, MESUJI – Mencuatnya kasus pembantaian warga baru-baru ini, tak membuat warga Desa Sungai Sodong, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatra Selatan, mencekam. Sejak kejadian 21 April 2011 silam, hingga saat ini kondisi keamanan warga setempat tampak normal seperti biasanya.
Pemantauan Republika di lokasi kejadian sekitar 320 km dari kota Bandar Lampung, Kamis (4/12), suasana Desa Sungai Sodong tidak mencekam. Warga masih bekerja sebagai petani seperi biasa.
Warga memang mengetahui bahwa desanya menjadi sorotan media massa nasional. Namun, mereka tidak merasa ketakutan dengan adanya pemberitaan pembantaian warga.
Imam, warga Desa Sungai Sodong, mengungkapkan, kejadian pembunuhan tersebut sudah lama, jadi warga sudah tidak trauma lagi. "Sampai saat ini, kami biasa saja, walau ada berita seperti itu," kata Imam kepada Republika di Desa Sungai Sodong, Mesuji, OKI, Sumatra Selatan, Kamis (14/12).
Ia tidak mengetahui persis kejadian pembunuhan tersebut. Namun, ia membenarkan bahwa desanya heboh dengan meninggalnya dari pihak warga, yang terjadi perkelahian dengan pamswakarsa PT SWA. "Memang waktu ada yang tewas, warga ketakutan dan desa mencekam," ujarnya mengenang masa lalu.
Menurut Kepala Desa Sungai Sodong, Maunah (32 tahun), sampai saat ini kondisi di desa tetap seperti biasa bekerja sebagai petani. Kejadian pada April 2011 lalu, kata Maunah, tidak membuat warga ketakutan karena kasus tersebut sudah ditangani pihak kepolisian.
"Sampai saat ini, kondisi di desa Sodong biasa-biasa saja, tidak ada mencekam ketakutan dari warga," tutur Maunah di Desa Sungai Sodong, Kecamatan Mesuji, Kabupaten OKI, Sumsel, Kamis (14/12).
Jumlah warga Desa Sungai Sodong sekitar 2.000 jiwa, rata-rata pekerjaannya sebagai petani kebun keluarga dan perusahaan sawit. Ia membantah bila ada korban jiwa dalam konflik antara PT SWA dan warga setempat berjumlah 30 orang baik dari warga maupun pihak perusahaan perkebunan sawit.
"Setahu saya, dari warga hanya dua orang saja yang meninggal kasus tersebut. Sedangkan dari pihak perusahaan tidak tahu," ungkapnya.
Dua warga yang tewas yakni Indra Syafei bin Tutul (16) dan Macan bin Sulaiman (18). Keduanya sebagai petani kebun keluarga. Maunah mengungkapkan dua warga ini bukan terlibat kasus pencurian. Tetapi, mereka lewat di areal perkebunan lalu terjadi perkelahian dengan anggota tim Pamswakarsa milik PT SWA.
Korban Indra mengalami luka tusuk di perut. Sedangkan Macan terdapat luka di tenggorokannya. Dua warga ini, sempat dilarikan ke puskesmas terdekat, namun nyawanya tidak tertolong lagi.
Maunah membantah kalau ada terjadi pembantaian sadis terhadap warga, misalnya kepalanya disembelih dan anggota tubuhnya dihabisi. "Tidak ada seperti itu, Cuma luka tusuk karen senjata tajam," ujarnya.
Mencuatnya kasus Pamswakarsa PT SWA dengan warga, menurut Maunah, bukan konflik lahan. Menurut dia, peristiwa perkelahian warga dengan pamswakarsa lebih dikarenakan bersifat pribadi, meski ada sengketa lahan warga itu hanya beberapa saja. Menurut dia, sebelum bulan April 2011, wilayah Desa Sungai Sodong, aman dan warga bekerja seperti biasa.