REPUBLIKA.CO.ID, WONOGIRI - Kabut duka menyelimut Kampung Jatirejo, RT 01, RW IX, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Mendung semakin gelap mengiringi pemakaman jenazah dua bocah yang mati terpanggang, Sahwa (3) dan Raditya (1,5), Ahad (18/12).
Hujan tangis pecah saat peti jenazah diusung keluar dari rumah duka menuju pemakaman umum Dukuh Banaran, Wonoboyo, Wonogiri. Tak pelak, kedua orangtua, Sayekti Nugraheni (29) dan Suyono (34), tidak kuasa menahan tangis.
Kedua pasangan suami-isteri golongan ekonomi lemah itu, tampak pasrah. Kondisinya lemas. Kedua orangtua tak bisa membayangkan ketika bencana saat merenggut kedua anaknya. Sahwa dan Raditya mati terpanggang dalam kondisi hidup saat rumah //gedheg// (terbuat dari dinding bambu) ludes terbakar, Sabtu (17/12) petang.
Kedua bocah itu terkunci dari luar, ditinggal ibunya pergi ke rumah nenek ke Dusun Jatibedug, Desa Bulusulur, Wonogiri. Sementara, ayahnya pergi meratau sebagai kuli bangunan di Jakarta. Kedua bocah malang tersebut biasa ditinggal rumah sendirian oleh ibunya. Heni, panggilan akrab Sayekti Nugraheni, sibuk bekerja jual jasa di pegadaian untuk menambal kebutuhan hidup.
"Dia biasa membantu orang menggadaikan atau menebus barang. Kadang mencarikan pinjaman. Sehingga bekerjanya keliling terus," tutur Joko Prasetyo, Kepala Kelurahan Wonoboyo.
Nasib masih mujur ditangan Rafi 11. Anak pertama Heni itu sedang berada di luar rumah. Mungkin, dalam perjalanan pulang les sekolah. Ia bersama ibunya baru tiba, saat ratusan warga bersama tim SAR Wonogiri dan Pemadam Kebakaran (Dambar) menjinakan api. Rumah tak layak huni luluh lantak dalam tempo singkat, lantaran terbuat dari bahan kayu tahunan dan bambu.
Kondisi kedua bacah yang terkurung dalam rumah cukup mengenaskan. Sekujur tubuhnya terpanggang dalam posisi tengkurap. Tim SAR melakukan evakuasi kedua jenazah, kemudian dibawake rumah sakit untuk kepentingan visum et repertum.
Andi (26), warga Jatirejo yang pertama kali mengetahui awal kebakaran itu. Saat itu, ia melintas disekitar rumah mungil ukuran 6 X 9 meter sekitar pukul 17.00 WIB. Kepulan asap dari atap rumah bambu. Dalam tempo singkat atas rumah runtuh semua akibat terbakar.
"Saya teriak-teriak minta tolong dari warga sekitar. Lalu, menghubungi pemadam kebakaran," katanya.
Ratusan warga datang berbondong-bodong menuju lokasi kebakaran untuk memadamkan api. Kobaran api baru berhasil dijinakkan menjelang Magrib. Saat melakukan pembersihan puing-puing sisa kebakaran, dikejutkan dua sosok mayat tertelungkup persis dekat pintu. Kemungkinan, ada dugaan bocah itu berusaha menyelamatkan diri ketika terjadi kebakaran. Namun, upaya itu gagal karena pintu dikunci dari luar.
Meri (30), kerabat Heni hanya menyesalkan musibah ini. Sebenarnya sudah dihubungi Heni untuk menemani anaknya di rumah. Ia terlambat datang, karena terhalang oleh kondisi hujan deras. ''Saya hanya bisa menyesal kenapa tidak segera datang. Malah mendapat kabar rumahnya terbakar. Kedua anaknya ikut terbakar,''ujarnya.
Belum diketahui persis sebab-musabab terjadi musibah ini. Menurut perkiraan akibat arus pendek atau konsluiting listrik. Ini bersumber dari kabel yang terkelupas. Sehingga menimbulkan percikan api. Api cepat membesar karena rumah terbuat dari bahan bangunan yang mudah terbakar.
Warga lain menduga, kemungkinan sumber api berasal dari tungku dapur. Api dapur belum padam saat ditinggal keluar rumah, sehingga menyulut sisa kayu yang ada di sekitar. Dugaan ini mungkin terjadi, karena pemilik rumah terbiasa memasak dengan menggunakan bahan bakar dari kayu bakar. Polisi sendiri juga masih melakukan penyelidikan kasus ini.