REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Para calo yang mengirimkan imigran ke Australia melalui jalur-jalur terpanjang dan memiliki pengawasan yang lemah. Jalur dari Trenggalek, Jawa Timur merupakan jalur terpanjang ke Australia yang membutuhkan waktu 12 jam perjalanan.
"Mereka mencari daerah yang lemah pengawasannya. Kalau dari Trenggalek 12 jam sampai ke Asmorif, kota di pantai utara Australia," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Saud Usman Nasution dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (22/12).
Saud menjelaskan daerah-daerah yang menjadi tempat pelayaran menuju Australia berbeda-beda waktu yang harus ditempuh. Kalau menuju ke Kota Asmorif, dari Pelabuhan Ratu (Jabar) membutuhkan waktu empat jam, dari Banten sekitar enam jam dan dari Nusa Tenggara Timur (NTT) selama delapan jam. Namun ketiga daerah ini sudah diperketat pengawasannya sehingga menggunakan jalur baru dari Trenggalek.
Para imigran berangkat dari agen bis yang letaknya berdekatan dengan kantor stasiun televisi di Mampang Prapatan. Para imigran berangkat ke Jawa Timur dengan menggunakan empat bis merk Eva Flores yang terdapat motif batik di permukaan bis. Selama perjalanan, gorden bis ditutup agar para imigran tidak melihat perjalanan.
Ia mengakui koordinasi para calo untuk memberangkatkan para imigran dari Indonesia ke Australia sangat canggih. Para imigran menggunakan visa turis ke Singapura dan Malaysia serta sampai di Indonesia semua dokumen resmi dibuang dan mengaku pencari suaka.
"Mereka kan tidak boleh diusir karena harus diserahkan ke UNHCR (badan PBB yang mengurus pengungsian) dan akan diseleksi untuk disalurkan ke pihak ketiga seperti Kanada dan Eropa. Tapi butuh waktu lama dan belum tentu diterima," jelasnya.
"Makanya mereka mencari jalan pintas. Sedangkan UU di Australia, para imigran harus diterima, diproses terlebih dahulu untuk jadi warga negara. Kalau sudah di Australia, sudah enak," tegasnya.