REPUBLIKA.CO.ID, MANADO - Hembusan gas belerang dari kawah Tompaluan Gunung Lokon di Provinsi Sulawesi Utara mulai mencapai areal perkebunan warga di sekitar lereng.
"Hembusan gas belerang ini terjadi akibat tiupan angin dari arah utara tidak terlalu kencang sehingga gas belerang yang keluar dari kawah hanya tertiup datar mencapai areal perkebunan warga," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Kota Tomohon, Farid Ruskanda Bina, di Manado, Jumat (23/12)
Dia mengatakan, bila kondisi seperti ini terus terjadi akan memberi pengaruh buruk bagi kegiatan perkebunan di sekitar lereng yang rata-rata menanam tanaman holtikultura serta beragam jenis bunga.
Tanaman bunga yang berada di perkebunan dekat kawah, kata dia, mulai mengering pucuknya dan terancam gagal panen jelang hari raya natal dan tahun baru.
"Memang ini risikonya bila berkebun di daerah sekitar kawah gunung dan kita tak bisa berbuat apa-apa," katanya.
Dijelaskan Farid, suhu kawah Tompaluan masih tinggi dan terus menyuplai gas belerang akibat pembakaran dalam suhu tinggi.
Kondisi seperti ini diprediksi Farid akan terus terjadi sebelum Gunung Lokon statusnya menjadi normal.
"Artinya bahwa akan terjadi suplai gas belerang terus-menerus yang bisa saja menyentuh areal perkebunan warga bila angin bertiup lemah. Bila hal ini terjadi, petani akang mengalami kerugian," katanya.
Selain hembusan gas belerang, ancaman lainnya adalah embusan yang bercampur debu vulkanik. "Baru-baru ini embusan terjadi dan diiringi dengan material debu vulkanik. Debu ini hanya jatuh di sekitar kawah di mana petani berkebun," katanya.
Di sisi lain, Farid menegaskan bahwa hingga kini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung belum menurunkan status siaga level III Gunung Lokon ke waspada level II dengan radius bahwa 2,5 kilometer dari kawah Tompaluan.
"Kami tetap berharap warga bersiaga. Apalagi kondisi kegempaannya masih belum stabil dan terus berfluktuatif," harapnya.