Senin 26 Dec 2011 23:55 WIB

RSUD Gunung Kidul Ajak WHO Tanggulangi Bunuh Diri

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL - Psikiater Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menggandeng organisasi kesehatan dunia atau WHO untuk mengatasi bunuh diri yang angkanya cukup tinggi di kabupaten itu.

"Melalui program pendidikan, kami bersama WHO akan berupaya menekan angka bunuh diri di kabupaten ini," kata pemerhati kasus bunuh diri yang juga psikiater RSUD Wonosari Ida Rochmawati, Sp.Kj di Gunung Kidul, Senin (26/12).

Ia menyebutkan di Kabupaten Gunung Kidul dari Januari hingga Desember 2011 tercatat ada 28 kasus bunuh diri.

Menurut dia, masyarakat membutuhkan pendidikan deteksi dini untuk mengenali risiko bunuh diri melalui berbagai program.

"Saya sudah memulai gerakan edukasi di delapan kecamatan di Gunung Kidul, terkait dengan upaya menekan angka bunuh diri. Kami merencanakan pada 2012 bersama praktisi lainnya akan bekerja sama dengan WHO untuk menekan angka bunuh diri di Gunung Kidul," katanya.

Ia mengatakan ada sejumlah kegiatan dalam program kerja sama tersebut, di antaranya pelatihan tentang kesehatan jiwa bagi para kader dan tokoh masyarakat. "Masyarakat perlu pelatihan mengenai deteksi dini sebagai upaya pencegahan bunuh diri," katanya.

Menurut dia, kerja sama dengan WHO juga berupa kegiatan penyegaran tentang kesehatan jiwa bagi petugas puskesmas. Dia mengatakan meski angka bunuh diri dengan cara menggantung di Gunung Kidul tergolong tinggi, namun daerah setempat belum memiliki gerakan terpadu dan kebijakan yang spesifik mengenai kesehatan jiwa.

"Kasus bunuh diri di Gunung Kidul seperti fenomena gunung es yang harus dibongkar. Akar penyebab bunuh diri sangat kompleks, atau multifaktor, sehingga membutuhkan kerja keras dari semua pihak," katanya.

Menurut dia, upaya untuk menekan angka bunuh diri bisa dilakukan dengan pendekatan terhadap masyarakat.

Ia mengatakan transfer pengetahuan secara berjenjang dari profesional ke semua unsur masyarakat melalui jalur pendidikan, perlu dilakukan guna mengatasi masalah tersebut.

Menurut Ida, penyebab bunuh diri, salah satunya adalah dari aspek sosiologis. Aspek sosiologis, kata dia, menggambarkan bunuh diri sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah yang dilakukan banyak orang, sehingga sebagian masyarakat menganggap bunuh diri boleh dilakukan.

"Bunuh diri menjadi semacam 'role model' atau sesuatu yang ditiru untuk memecahkan masalah," katanya.

Ia mengatakan kondisi lingkungan mempengaruhi harga diri, dan persepsi korban bunuh diri. "Tidak adanya dukungan sosial dan persepsi korban sebagai orang miskin, bisa berisiko memicu orang melakukan bunuh diri," katanya.

Menurut dia, data kasus bunuh diri yang diperoleh dari Polres Gunung Kidul pada Januari hingga Desember 2011 sebanyak 28 kasus. "Kasus bunuh diri terbanyak dalam lima tahun terakhir terjadi pada 2007 yakni sebanyak 39 kasus," katanya.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement