REPUBLIKA.CO.ID, MANADO - Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu, Sulawesi Utara, mencatat dua kali letusan susulan dari kawah Tompaluan Gunung Lokon, pascaletusan pukul 03.07 WITA, Selasa (27/12).
"Dua kali letusan susulan terjadi sekitar pukul 03.21 WITA serta 03.24 WITA dan sempat diikuti gemuruh yang bunyinya tidak terlalu keras dibanding gemuruh yang terjadi saat letusan utama," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu, di Kakaskasen, Kota Tomohon, Farid Ruskanda, Bina di Tomohon, Selasa.
Dia menjelaskan, sebelum terjadi letusan, pos pengamatan gunung api telah merekam terjadinya seratus lebih gempa vulkanik dalam (VA) dan gempa vulkanik dangkal (VB).
"Suplai-suplai energi inilah yang memicu terjadinya letusan. Tremor masih terus terekam dengan amplitudo sekitar tiga milimeter hingga 30 milimeter," katanya.
Dia mengatakan, setelah terjadinya peningkatan kegempaan, Pemerintah Kota Tomohon, Badan Penganggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Utara, Kepala Polres setempat, pengawas bandara serta jajaran lainnya telah diberitahukan.
"Kalau progresivitas meningkatnya kegempaan kami sudah laporkan ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung. Tapi kalau terjadinya letusan nanti dilaporkan pagi ini. Pemberitahuan ke instansi terkait saya sudah sampaikan pukul 19.00 WITA tadi malam ," katanya.
Meski telah terjadi letusan, Farid menjelaskan status Gunung Lokon masih siaga level III dengan radius bahaya sekitar 2,5 kilometer dari kawah Tompaluan. Dia berharap, warga tidak mendekati radius bahaya karena berpeluang terlontar material pijar dari kawah apabila terjadi letusan.
"Kami berharap warga tetap bersiaga dan tidak memasuki daerah rawan bencana karena peluang terjadinya letusan masih memungkinkan," katanya.
Pada pukul 03.07 WITA, Gunung Lokon meletus dan mengeluarkan bunyi gemuruh cukup lama. Warga yang sempat mendengar bunyi gemuruh tersebut panik dan berlari keluar rumah.
Hingga saat ini pos pengamatan belum bisa memastikan berapa tinggi material yang dikeluarkan melalui letusan dan ke mana arah debu letusan karena badan gunung tertutup kabut tebal sehingga mengganggu pengamatan petugas secara visual.