REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Peran pemuka agama hendaknya dapat lebih berperan dalam mencegah dan meredakan konflik yang terjadi di Sampang, Madura. Menko Polhukam Djoko Suyanto mengatakan dalam menangani konflik agama ataupun sekte, tugas pemuka agama lebih banyak berperan.
Sementara pihaknya di bidang Polhukam akan bergerak setelah itu. Kementerian Agama, lanjut Djoko, juga memiliki tanggung jawab untuk menangani tindak kekerasan sejenis ini.
"Itu peran kementerian agama untuk mengatasi tindak-tindak kekerasan yang dilatarbelakangi agama atau sekte. Lebih ke peran pemuka agama untuk menyadarkan," ujar Djoko, di Kantor Wakil Presiden, Jumat (30/12).
Namun Djoko yakin Menteri Agama sudah menentukan langkah-langkah yang perlu diambil. Sementara pihak Kepolian akan turut membantu dalam mencegah tidak kekerasan supaya tidak meluas.
Pemerintah, kata Djoko, menyesalkan peristiwa kericuhan di Madura itu. Mengingat kebebasan beragama dijamin oleh negara. Seharusnya perselihan itu bisa diatasi tanpa harus dengan jalur kekerasan.
Sebelumnya Kompleks Pesantren Islam Syiah yang berada di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, dibakar massa kemarin. Lokasi pesantren ini sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Sampang, atau lebih dari 100 km dari Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur.
Aksi pembakaran terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Saat itu ratusan orang dari berbagai desa di Kecamatan Omben, dan tetangganya, Karang Penang, datang menyerbu ke pusat Islam Syiah di Madura tersebut.
Pesantren itu terdiri atas toko kelontong, gedung taman kanak-kanak, musala yang juga berfungsi sebagai ruang kelas sekolah madrasah, asrama santri dan pengajar, serta rumah pemimpin Syiah Sampang, Ustad Tajul Muluk.