REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN - Produksi batik Kota Pekalongan, Jawa Tengah selama sepekan terakhir ini turun hingga mencapai 60 persen. Penurunan itu diakibatkan curah hujan tinggi yang melanda di daerah setempat.
Pemilik kerajinan batik, Ahmad Maskur, di Pekalongan, Senin (9/1) mengatakan, kondisi buruk yang melanda Kota Pekalongan dan sekitarnya mengakibatkan perajin kesulitan menjemur kain batik. Pasalnya proses pembatikan membutuhkan panas sinar matahari.
"Proses pewarnaan kain batik akan mendapatkan hasil sempurna jika dijemur panas sinar matahari. Namun, akibat curah hujan yang terus melanda Kota Pekalongan maka kami kesulitan melakukan penjemuran," katanya.
Menurut dia, para perajin batik kini hanya bisa menyimpan kain batik yang belum selesai sepenuhnya diproses sehingga mengakibatkan kain batik menimbulkan warna belang-belang karena tidak terkena panas matahari.
"Kendala utama perajin batik, kini dihadapkan pada proses penjemuran kain dan membersihkan lilin yang menempel pada kain. Saat ini, kami hanya menunggu sinar matahari untuk menjemur kain batik itu agar bisa menghasilkan warna yang sempurna," katanya.
Ia mengatakan pada kondisi normal, para perajin mampu memproduksi batik sebanyak 30 kodi per minggu tetapi kini hanya sekitar 10 kodi/ minggu.
"Kami berharap curah hujan berhenti dan panas mata hari kembali menyinari Kota Pekalongan sehingga perajin bisa menjemur kain batik itu. Jujur saja, akibat curah hujan ini, omset penjualan batik juga turun," katanya.
Haris Riyadi, perajin batik kain kertas mengatakan akibat curah hujan yang terus melanda daerah setempat, dirinya terpaksa meliburkan karyawannya. "Sejak beberapa pekan terakhir, produksi batik sempat terganggu sehingga kami lebih baik meliburkan karyawan sementara. Proses perwanaan batik memang harus membutuhkan sinar matahari agar warna batik sempurna," katanya.