Sabtu 21 Jan 2012 22:00 WIB

Apindo: Kasus Mesuji Rugikan Ekonomi Lampung

Ketua Adat Masyarakat Mesuji, Wan Mauli bersama warga korban kekerasan oknum TNI-Polri saat mengadukan nasibnya ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Jakarta, Kamis (15/12).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Ketua Adat Masyarakat Mesuji, Wan Mauli bersama warga korban kekerasan oknum TNI-Polri saat mengadukan nasibnya ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Jakarta, Kamis (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Kasus Mesuji yang mencuat hingga ke tingkat nasional bahkan internasional, telah merugikan banyak pihak di Provinsi Lampung, baik dunia usaha masyarakat maupun ekonomi Lampung secara keseluruhan.

"Kalau kasus Mesuji itu tidak segera bisa diatasi, maka target pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2012 akan sulit tercapai. Dan kalau itu sampai terjadi, maka yang rugi adalah kita semua," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Provinsi Lampung, Yusuf Kohar, di Bandarlampung, Sabtu (21/1).

Menurut Yusuf, pihaknya banyak mendapat pertanyaan dari para pengusaha, beberapa di antaranya kalangan investor atas kasus Mesuji itu. "Banyak pertanyaan dari kawan-kawan pengusaha dan investor, bagaimana kelanjutan usaha di Lampung ini," katanya.

Dia menyayangkan kasus Mesuji itu mencuat sedemikian rupa hingga ke tingkat nasional yang seolah-olah Lampung ini sudah tidak aman. "Padahal ada daerah lain, yaitu Sumatera Selatan yang dalam kasus yang sama dengan jumlah korban meninggal lebih banyak, tetapi gaungnya tidak seperti di Lampung," kata dia.

Terhadap kasus Mesuji itu, lanjut Yusuf, pihaknya tidak dalam posisi membela pengusaha atau membela masyarakat. Tetapi yang penting adalah persoalan itu harus diselesaikan secara baik dan mengikuti aturan dan hukum yang berlaku.

"Masyarakat tidak semuanya salah, dan tidak pula semuanya benar. Sebaliknya pengusaha tidak semuanya salah, tetapi juga tidak semuanya benar. Karena itu, yang masih ada kesalahan itulah yang harus segera diatasi secara bersama-sama dengan baik dan menjunjung tinggi hukum," katanya.

Dia menambahkan, dunia usaha dan investor perlu didukung dengan jaminan keamanan dan kenyamanan iklim berusaha. Sehingga hasilnya bisa sama-sama dinikmati baik oleh pengusaha, masyarakat, tenaga kerja, dan pemerintah daerah melalui pendapatan daerah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement