REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM - Angin kencang yang melanda Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengakibatkan bagian atap sejumlah rumah milik penduduk 'beterbangan' kemudian jatuh berhamburan di sekitar pemukiman.
Selain menerbangkan atap rumah yang sebagian besar terbuat dari seng dan genteng, angin 'ganas' itu juga telah menumbangkan antena televisi yang terpancang di belasan rumah warga, demikian ANTARA melaporkan dari Mataram, Rabu (25/1).
Tempat tinggal yang tiba-tiba disapu angin kencang tersebut antara lain milik warga di Kelurahan Dasan Agung dan Desa Pagutan serta Kekait, Kota Mataram. Namun tergolong mujur, 'hujan' genteng rumah yang kemudian remuk di bagian pekarang rumah penduduk tersebut tidak tercatat menimbulkan korban yang cukup serius.
Sejumlah warga hanya tampak ketakutan, bahkan ada yang tidak berani ke luar rumah pasca-'hujan' benda keras yang jatuh dari langit tersebut. Selain itu, sebagian warga juga mengaku takut dengan kemungkinan tumbangnya pohon-pohon perindang yang cukup banyak menyebar di sekitar tempat pemukiman.
Kepala Lingkungan Perigi Kelurahan Dasan Agung Adnan mengatakan, sedikitnya lima unit rumah penduduk di wilayahnya tercacat telah menjadi korban amukan angin. "Bagian atap rumah mereka tiba-tiba terbang," katanya menjelaskan.
Menurut dia, sebagian dari mereka tampak sudah mulai memperbaiki bagian atap rumahnya yang berhamburan jatuh ke atas permukaan tanah.
Tidak hanya itu, angin kencang juga telah mengakibatkan ratusan nelayan di sepanjang Pantai Ampenan mulai dari Bintaro Jaya hingga Desa Mapak, sejak pagi harinya tampak mengurungkan niatnya untuk pergi menangkap ikan di laut.
Seiring dengan itu, harga ikan segar di sejumlah pasar tradisional di Mataram, mendadak melonjak tajam. Ikan tongkol yang bisa dijual seharga Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kilogram, kini melonjak menjadi Rp 10.000 per kilogram.
Salah seorang pedagang di Pasar Dasan Agung mengatakan bahwa para pedagang terpaksa menaikkan harga sehubungan pasokan ikan dari para nelayan kini terhenti.
Seiring dengan berembusnya angin kencang, Kota Mataram sejak awal pekan ini juga terus-menerus dilanda hujan lebat, sehingga banyak warga khawatir terjadi banjir dan tanah longsor.
Sejumlah rumah terutama yang berada di bantaran atau pinggiran Sungai Jangkok, terancam longsor sehubungan wilayah itu dikenal dengan kawasan yang rawan bencana gerakan tanah.
Rumah-rumah yang terancam longsor tersebut berada di sekitar Lingkungan Parigi, Bawak Bagik dan Gapuk. Sejumlah warga yang rumahnya terancam longsor, tampak mulai memasang patok-patok bambu guna menopang tanah yang terlihat mulai labil.
Terkait itu, Badan Penanggulangan Bencana Kota Mataram menggelar pertemuan guna mengantisipasi terjadinya musibah banjir, tanah longsor dan gelombang pasang, terutama yang terjadi di kawasan rumah warga. Pertemuan dihadiri Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh.
Wali Kota Ahyar mengatakan, untuk mengantisipasi gelombang pasang yang hampir setiap tahun terjadi, pihaknya telah membangun tanggul sepanjang 300 meter mulai dari Pantai Pondok Perasi hingga Gatep.
Menurut dia, guna mengantisipasi bencana mendatang, pihaknya tidak lagi membangun tanggul di sepanjang pantai, melainkan akan membuat jeti, yakni alat pemecah gelombang.
Keberadaan jeti jauh lebih bagus dan efektif dibandingkan dengan tanggul yang tidak jarang jebol setelah dihantam gelombang pasang, ucapnya.
Namun, lanjut dia, dana untuk membangun jeti tersebut cukup besar. "Kami perkirakan satu jeti biayanya bisa sekitar Rp 6 miliar," ujarnya. Dari empat muara muara sungai di Kota Mataram, baru dua yang telah memiliki jeti.
"Saat kami melakukan pertemuan dengan anggota DPD RI Baiq Diah Ganefi, kami minta agar pemerintah pusat dapat membantu pendanaan untuk membangun dua buah jeti di daerah ini," katanya menambahkan.