REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Cuaca buruk yang terjadi belakangan ini sangat berdampak buruk bagi kehidupan nelayan. Angin kencang serta gelombang tinggi yang terjadi di berbagai daerah seperti kawasan laut Suramadu , Kecamatan Kenjeran, memaksa para nelayan menghentikan aktifitas melaut sejak satu pekan terakhir.
Akibatnya, ratusan nelayan yang ada di kawasan itu menganggur dan tidak mendapatkan penghasilan sedikitpun. Seperti yang dirasakan Mukhtar (52). Ia mengaku kebingungan untuk membiayai keluarganya selama satu pekan ini.
"Kalo gak melaut ya gak ada pendapatan mas," ujarnya saat ditemui Republika di warung kopi bawah jembatan Suramadu. Untuk itu, bapak empat anak itu harus mencari pinjaman uang ke saudara-saudara dan tetangga guna menghidupi keluarganya sebesar Rp. 40.000 - Rp. 60.000. Uang itu, kata dia, selain untuk makan juga untuk uang jajan dua anaknya yang masih sekolah.
Mukhtar menjelaskan, biasanya penghasilan dari melaut dalam sehari bisa berkisar antara Rp. 50 ribu - Rp. 100 ribu. Angin kencang belakangan ini mengakibatkan gelombang tinggi di tengah laut mencapai 4 hingga 6 meter. Dan kalau sudah mendekat pertengahan laut sekitar 10 mil, gelombang sudah sangat tinggi. "Kemungkinan selamat sangat kecil," ujarnya.
Sementara itu, Ahmad (48), nelayan lainnya, juga merasakan hal sama. Sudah satu minggu ia kehilangan pendapatan karena berhenti melaut. Kini, ia terpaksa alih profesi sebagai penangkap kerang di pinggiran laut untuk dijual. Pendapatan yang didapat dari hasil menangkap kerang tentu sangat jauh berbeda dengan hasil melaut.
Mengenai cuaca buruk, ia mengaku terpaksa berhenti melaut karena tidak berani mengambil resiko. "Gelombangnya sangat tinggi, kalau maksa melaut nanti istri saya malah jadi janda," ujarnya sambil menghibur diri.
Oleh karena itu, ia bersama nelayan lainnya berharap ada bantuan dari Pemerintah Kota Surabaya untuk memberikan sembako. Sehingga para nelayan tidak kebingungan untuk mencari makan.