REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN – Wartawan di Kabupaten Pamekasan, Madura, Sabtu (11/2), menerima ancaman kekerasan fisik saat meliput kedatangan jenazah TKI yang meninggal di tempatnya bekerja di Malaysia.
Dedy Priyanto, kontributor RCTI Madura, menuturkan dirinya saat itu hendak meliput kedatangan jenazah Misnawi (25) di Desa Aengnyonok, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, yang dikabarkan tewas tertembak di Malaysia.
"Saya terpaksa urung mengambil gambar, karena diancam oleh keluarga akan dibunuh, jika tetap meliput kedatangan TKI yang tewas di Malaysia itu," katanya.
Dedy bersama sejumlah reporter dan kontributor televisi lain, Sabtu pagi datang ke rumah keluarga Misnawi di Desa Aengnyonok. Saat tiba di rumah duka, para kuli tinta ini langsung dipaksa pulang, oleh salah seorang keluarga korban tanpa alasan yang jelas. "Pokoknya saya tidak mau tahu, pulang sekarang juga, jangan liput kedatangan jenazah saudara kami!" kata salah seorang keluarga korban kepada wartawan.
Tidak hanya itu, mereka juga mengancam akan membunuh para awak media itu jika memaksa meliput, dan mengambil gambar kedatangan jenazah Misnawi. "Saya heran, kenapa keluarganya jadi seperti itu? Padahal, sejumlah keluarga TKI lainnya yang pernah saya liput, justru mereka senang," kata timpal Zuhri, reporter JTV Madura.
Karena khawatir ancaman pihak keluarga, para reporter dan kontributor televisi serta sejumlah wartawan yang datang ke rumah duka ketika itu akhirnya memilih pulang.
"Memang ada ungkapan berita itu seharga nyawa, tapi kalau mengacung-acungkan celurit seperti tadi itu, lebih baik kami balik kanan," ucap Zuhri.
Rumah TKI Misnawi itu berada di pelosok desa, sekitar 20 kilometer dari Kota Pamekasan. Untuk menuju rumah korban, terpaksa harus berjalan kaki sekitar 500 meter, karena jalan menuju rumah korban sangat sempit, licin dan berbatu.
Sementara informasi yang berkembang di kalangan para tetangga korban, TKI bernama Misnawi yang tewas ditembak polisi Malaysia tersebut, karena terlibat dalam kasus perampokan, bersama sejumlah temannya yang juga TKI.
Kalangan wartawan menduga, pelarangan pihak keluarga korban meliput kedatangan jenazah TKI yang disertai dengan ancaman kekerasan fisik dan ancaman pembunuhan itu, karena yang bersangkutan tewas secara tidak wajar. "Kami sangat menyayangkan, ancaman kekerasan masih terjadi di era seperti sekarang ini," ucap koordinator Aliansi Jurnalis Independen (AJI) wilayah Madura, Mohammad Ghozi.