REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO - Sejumlah warga mengaku prihatin dengan mogoknya ratusan santri di Pondok Pesantren Hubulo, Kabupaten Bone Bolango. Salah seorang wali santri, Nangsih (40) mengatakan polemik internal di pondok pesantren tersebut seharusnya bisa diselesaikan dengan baik oleh pihak yayasan.
"Kalau santri kabur dari asrama dan mogok belajar seperti ini, yang rugi bukan cuma yayasan tapi semua pihak termasuk orang tua santri," tuturnya, Selasa (14/2).
Nangsih juga mengaku keponakannya yang merupakan santri di Hubulo juga kabur dari asrama dan dibujuk berulangkali agar mau kembali ke pondok.
Sementara itu warga lainnya, Ibrahim Yusuf (52) juga berharap Ponpres Hubulo lebih fokus pada peningkatan prestasi dan bukan justru berkonflik secara internal.
"Rasanya aneh bila hubungan santri dan pimpinan pondok tidak harmonis.Apalagi sampai santri mengancam akan mogok terus bila pimpinan belum diganti," ungkapnya.
Menurutnya kejadian itu merupakan preseden buruk di dunia pendidikan, terlebih lagi terjadi di sebuah pondok pesantren. Sebelumnya, para santri Ponpres Hubulo mogok belajar dan kabur dari asrama sejak Minggu (12/2).
Aksi itu merupakan bentuk protes kepada pimpinan ponpres, Abdul Hakim yang dinilai arogan dan sering menerapkan hukuman dengan tindakan fisik yakni memukul dan menampar.
Sementara Abdul Hakim dan para guru di lingkungan Hubulo enggan menanggapi aksi mogok tersebut dan memilih 'tutup mulut'.