Rabu 15 Feb 2012 22:38 WIB

Minim Anggaran, Program Plasma Nutfah Sapi Aceh Terkendala

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sapi Aceh
Foto: novrizal-aceh.blogspot.com
Sapi Aceh

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH - Target swasembada daging nasional dan pelestarian keanekaragaman hayati mendapat tantangan. Salah satu  program, yakni plasma nutfah sapi Aceh terkendala minimnya anggaran, meski upaya Pemerintah Kabupaten Aceh Besar setiap tahun masih melaksanakannya dengan lokasi di Kecamatan Pulo Aceh.

"Dana untuk itu setiap tahun terus dianggarkan, meski masih terkendala minimnya dukungan anggaran dalam upaya percepatan program tersebut," kata Kepala Dinas Peternakan Aceh Besar M Yunus di Lamabro (Aceh Besar), Rabu (15/2).

Ia menyampaikan hal itu di sela-sela peresmian pengoperasian Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Lambaro yang refresentatif. RPH tersebut dibangun dengan dana otonomi khusus (otsus) bagi hasil migas Aceh senilai Rp3 miliar.

Untuk tahun anggaran 2012, ia menyebutkan dana yang diperuntukkan bagi program hak paten (plasma nutfah) sapi asli Aceh itu senilai Rp1,7 miliar. Program plasma nutfah sapi Aceh itu dilaksanakan di kepulauan Aceh.

"Program itu bertujuan untuk mematenkan kembali nama sapi Aceh, karena selama ini yang banyak dikenal di nusantara adalah sapi Madura dan sapi Bali (brahma)," kata dia menambahkan.

Penetapan nama sapi Aceh tersebut setelah melalui proses pengujian DNA oleh tim Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh. Plasma nutfah merupakan substansi dengan sifat keturunan yang memiliki karakteristik tersendiri dan harus dikembangkan terus menerus agar tidak punah.

"Kita berharap melalui program plasma nutfah itu maka sapi asli Aceh tersebut tidak hilang dimasa mendatang, karena memang dari ciri-ciri fisiknya yang sedikit lebih kecil, serat dagingnya halus dan citarasanya manis," kata dia.

Terkait dengan populasi sapi/kerbau secara umum di Aceh Besar, M Yunus menyebutkan berkisar 110-120 ribu ekor, namun angka tersebut setiap tahunnya bisa bertambah dan berkurang.

"Artinya, setiap tahunnya terjadi perubahan jumlah sapi/kerbau dikarenakan tidak adanya perimbangan antara yang lahir dan disembelih. Kebutuhan daging di Aceh terus meningkat, khususnya pada saat menjelang hari raya Islam (idul Fitri dan Adha)," kata dia menjelaskan.

Akan tetapi, ia menyatakan akan terus terjadi peningkatan populasi ternak sapi dan kerbau khususnya di daerah sentra di Aceh Besar. Sementara itu seorang peternak, Ifdal Ukat mengharapkan pemerintah tidak hanya mendorong pengembangan ternak sapi/kerbau, tapi juga memberikan bantuan bibit kepada masyarakat, sehingga target Aceh swasembada daging bisa tercapai pada 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement