REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Nelayan di Desa Pengambengan, Bali, sejak beberapa hari terakhir memilih tidak melaut lantaran angin Samudera Hindia berhembus sangat kencang. Jika memaksakan melaut, mereka khawatir akan mengalami kerugian sebesar Rp 200 juta.
"Selain mengkahawatirkan keselamatan jiwa, angin kencang membuat arus berubah-ubah sehingga kami sulit memprediksi letak ikan," kata Edi, nelayan Pengambengan, yang berasal dari Jawa Timur.
Kepada Republika, Edi menjelaskan bahwa angin berhembus sangat kencang dalam beberapa hari terakhir. Banyak nelayan yang memutuskan untuk menambatkan perahu dan menurunkan jaringnya ke daratan.
''Kalau kami tetap melaut, akibatnya bisa fatal. Kalau kami paksakan melaut sehingga jaring akhirnya rusak atau hilang, itu sudah bisa dipastikan berapa kerugian yang kami alami," katanya. ''Harga satu jaring untuk jenis seleret bisa sampai Rp 200 juta.''
Pengambengan merupakan pelabuhan ikan terbesar di Bali. Jumlah kapal yang bongkar muat di pelabuhan itu mencapai sekitar 300 unit kapal pursesaine.