REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Nelayan Karawang kembali dipusingkan dengan datangnya angin musim barat. Akibat angin ini, gelombang Laut Jawa meninggi sehingga memaksa nelayan tidak bisa melaut lagi. Ancaman paceklik pun kembali menghantui warga pesisir ini.
Sahari (38), Ketua Rukun Nelayan Kampung Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, mengatakan, nelayan tak bisa melaut sejak tiga hari lalu. Angin musim barat sangat berbeda dengan angin musim timur. Dampak musim baratan membuat angin dan gelombang tak menentu. Bisa saja ketika pagi hari cuaca tenang, namun menjelang siang hari gelombang tinggi melanda perairan.
"Akibat tak bisa diprediksi, nelayan mengurungkan diri untuk melaut," kata Sahari, kepada Republika, Jumat (16/3).
kondisi seperti ini membuat nelayan terancam kehilangan mata pencaharian. Karena itu, paceklik akan kembali mengancam kehidupan para nelayan.
Darsono (28 tahun), nelayan setempat, mengaku musim baratan ini membuat nelayan menganggur. Paling juga yang bisa dilakukan saat ini membetulkan jaring yang robek atau merenovasi perahu. "Kami ingin ada perhatian pemerintah untuk membantu meringankan beban nelayan," kata Darsono.
Ketua HNSI Kabupaten Karawang, Tarpin Adinata, membenarkan kondisi nelayan saat ini. Padahal, nelayan baru bisa melaut lagi sejak dua bulan lalu. Akan tetapi, saat ini nelayan kembali terpuruk.
"Padahal, sekarang ini musim menjaring rajungan dan udang. Tapi, nelayan tak bisa melaut karena takut gelombang tinggi," kata Tarpin.