Senin 04 Jul 2022 15:47 WIB

Apindo Nilai Masalah Geopolitik Lebih Bisa Dikelola Dibanding Pandemi

RI perlu menyiapkan substitusi komoditas yang harganya naik akibat konflik geopolitik

Red: Nidia Zuraya
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai masalah geopolitik Rusia dan Ukraina yang membebani dunia saat ini cenderung lebih bisa dikelola dibanding pandemi Covid-19. Sehingga, menurut Hariyadi, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih bisa diminimalisasi.

"Pandangan kami kondisi sekarang ini lebih baik daripada kondisi saat pandemi melanda," ungkap HariyadiSukamdani dalam konferensi pers mengenai Program Pengungkapan Sukarela (PPS) di Jakarta, Senin (4/7/2022).

Baca Juga

Saat pandemi, kata dia, Indonesia, bahkan seluruh dunia, benar-benar mengalami kesulitan karena manusianya mengalami masalah kesehatan, sehingga masyarakat dunia tidak bisa beraktivitas atau dilarang oleh negara masing-masing untuk beraktivitas dan menyebabkan aktivitas perekonomian terhambat. Sedangkan kondisi geopolitik, kata dia, lebih bisa diatasi lantaran masih terdapat kegiatan masyarakat, meski terdapat permasalahan terkait dengan kenaikan harga-harga barang.

"Memang ada masalah dengan kenaikan energi, ada masalah kenaikan bahan baku pangan, dan sebagainya," ujar Hariyadi Sukamdani.

Kendati begitu, Hariyadi optimistis seluruh permasalahan tersebut bisa dikelola dengan baik oleh setiap negara dan diatur dengan sedemikian rupa, termasuk Indonesia. Menurut dia, salah satu langkah yang bisa diambil Indonesia dalam menghadapi kondisi geopolitik yakni dengan menyiapkan substitusi komoditas yang mengalami kenaikan harga maupun kelangkaan akibat konflik Rusia dan Ukraina.

Kondisi geopolitik yang membebani dunia saat ini masih disebabkan oleh konflik kedua yang hingga kini tak kunjung usai. Terbaru Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Ahad (3/7/2022) bertekad merebut kembali kendali wilayah Lysychansk dari Rusia.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَّرَاعِنَا لَيًّاۢ بِاَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى الدِّيْنِۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ قَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَقْوَمَۙ وَلٰكِنْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
(Yaitu) di antara orang Yahudi, yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.” Dan (mereka mengatakan pula), “Dengarlah,” sedang (engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. Dan (mereka mengatakan), “Raa‘ina” dengan memutar-balikkan lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali sedikit sekali.

(QS. An-Nisa' ayat 46)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement