REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Republik Afrika Tengah Faustin Archange Touadera mengatakan, cryptocurrency atau mata uang kripto dinilai menjadi solusi inklusi keuangan di negara tersebut. Menurut dia, ini lebih mudah dibandingkan biaya membuka rekening bank.
"Alternatif untuk uang tunai adalah uang kripto," kata Touadera dalam peluncuran inisiatif kripto, Ahad (3/7/2022) waktu setempat.
Afrika Tengah merupakan negara pertama di benua tersebut yang membuat tender legal menggunakan bitcoin pada April. "Bagi kami, ekonomi formal bukan lagi pilihan," tambahnya.
Langkah mengadopsi mata uang kripto di Afrika Tengah menimbulkan pertanyaan para ahli. Pasalnya, itu terjadi di negara dengan penggunaan internet rendah dan listrik yang tidak dapat diandalkan. Bahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) turut memberi peringatan.
Proyek Sango, termasuk koin sango, didukung Majelis Nasional Republik Afrika Tengah. Ini dipelopori Touadera sendiri yang mengatakan, token tersebut akan menyediakan akses ke puncak sumber daya alam negara tersebut, termasuk emas dan berlian.
Situs web Sango mengungkapkan, koin tersebut akan memfasilitasi tokenisasi sumber daya Republik Afrika Tengah untuk investor di seluruh dunia.
"Sango Coin akan menjadi mata uang generasi baru Republik Afrika Tengah," kata Touadera, tanpa memberikan rincian.
Antusiasme Republik Afrika Tengah untuk mata uang kripto tampaknya tidak terpengaruh kerugian baru-baru ini dalam nilainya. Diketahui, harga bitcoin turun lebih dari 58 persen dalam tiga bulan terakhir, menurut data Refinitiv.