REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Aksi yang dilakukan perwakilan mahasiswa dan masyarakat di depan Gedung DPRD Kota Tasikmalaya pada Senin (4/7/2022) sempat mengalami kericuhan. Sejumlah mahasiswa dan aparat mengalami luka-luka.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, terdapat dua kelompok yang melakukan aksi untuk menolak RKUHP di depan Gedung DPRD Kota Tasikmalaya sejak Senin siang. Kelompok pertama adalah ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM Tasikmalaya. Setelah itu, datang sekelompok massa berbaju hitam yang mengeklaim merupakan gabungan mahasiswa dan masyarakat.
Sebelum kelompok massa berbaju hitam datang, mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM Tasikmalaya telah berhasil masuk ke halaman Gedung DPRD Kota Tasikmalaya. Namun, ketika massa berbaju hitam itu datang, para mahasiswa yang mengenakan almamater kampusnya masing-masing langsung membubarkan diri pada sekitar pukul 15.00 WIB.
Aksi yang dilakukan massa berbaju hitam itu mulai tak kondusif ketika mereka memaksa masuk ke dalam Gedung DPRD Kota Tasikmalaya. Terjadi aksi saling dorong antara massa dan aparat kepolisian yang berjaga. Kericuhan sempat pecah. Akibatnya, sejumlah peserta aksi dan aparat kepolisian mengalami luka-luka.
"Tadi sempat ada singgungan dengan aparat. Dari kami, ada sekitar 15 orang yang kena pukul dan lima orang mahasiswa yang terluka," kata komandan lapangan aksi tersebut, Sayid Farhan, Senin (4/7/2022).
Ia menyayangkan adanya tindakan kekerasan yang dilakukan aparat keamanan. Menurut dia, tindakan itu merupakan bukti bahwa aparat bersikap represif terhadap kebebasan berpendapat di muka umum.
Farhan menjelaskan, aksi yang dilakukannya tak lain untuk menuntut pemerintah pusat untuk membuka draft RKUHP yang hingga saat ini masih disembunyikan. Massa aksi juga menuntut dihapuskannya pasal-pasal bermasalah yang memberangus mahasiswa dan masyarakat mengkritik pemerintah.
"Kami juga menuntut pemerintah pusat untuk lebih melibatkan masyarakat dalam penyusunan draft RKUHP yang hingga kini masih menjadi misteri," kata lelaki yang mewakili mahasiswa dan masyarakat itu.
Sementara itu, Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Polres Tasikmalaya Kota, Kompol Shohet, mengatakan, aksi di Gedung DPRD Kota Tasikmalaya dilakukan oleh dua kelompok secara bergantian. Pertama adalah mahasiswa Aliansi BEM Tasikmalaya dan setelah aksi dilanjutkan oleh perwakilan mahasiswa dari Universitas Siliwangi (Unsil).
"Kami menerjunkan sebanyak 330 personel gabungan untuk melakukan pengamanan," kata dia.
Ihwal adanya mahasiswa yang terluka, Shohet mengatakan, pihaknya tak melakukan tindakan kekerasan. Namun aksi dorong membuat sejumlah mahasiswa terluka.
Menurut dia, aksi saling dorong sulit dihindari lantaran massa terus mencoba masuk ke dalam gedung. Sementara aparat bertugas untuk mengamankan aset rakyat. "Kami sudah melakukan penanganan sesuai protap dan SOP. Anggota juga ada yang terluka dua orang, tapi tidak terlalu serius," ujar dia.