Senin 04 Jul 2022 21:05 WIB

5 Negara Ajukan Penundaan Pelarangan Kendaraan Bermesin Konvensional

5 negara mengajukan agar masih bisa menggunakan kendaraan hybrid.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Mobil Listrik
Foto: Mgrol101
Ilustrasi Mobil Listrik

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Rencananya, Uni Eropa akan melarang penjualan mobil bermesin konvensional pada 2035. Namun, tak semua negara dalam Uni Eropa sepakat akan kebijakan tersebut.

Dikutip dari Drive pada Senin (4/7/2022), terdapat lima negara Uni Eropa yang mengajukan penundaan regulasi tersebut. Kelima negara itu adalah Italia, Portugal, Slovakia, Bulgaria dan Romania.

Baca Juga

Kelima negara itu berharap, regulasi itu dilakukan secara bertahap. Dengan kata lain, pada 2035, diharapkan kendaraan dengan mesin internal combustion engine (ICE) bukan dihilangkan 100 persen.

Namun, kendaraan ICE harus bisa menekan emisi CO2 sebesar 90 persen untuk segmen mobil penumpang. Sedangkan kendaraan komersial harus bisa menekan emisi sebesar 80 persen.

Kelima negara itu berharap masih ada kesempatan bagi kendaraan ramah lingkungan yang dikemas dalam format hybrid. Baru kemudian, pada 2040, seluruh kendaraan wajib hadir dengan zero emission.

Perwakilan dari Uni Eropa saat ini masih menolak pengajuan dari kelima negara tersebut. Uni Eropa masih menartgetkan regulassi itu bisa berlaku 100 persen pada 2035.

Hanya saja, kalau pun regulasi itu dijalankan, Jerman adalah salah satu negara yang berkomitmen untuk tak akan ikut dalam kesepakatan itu. Karena, Jerman menilai mesin konvensional masih bisa jadi kendaraan yang ramah lingkungan dengan pengembangan bahan bakar bernama eFuel.

Jerman meyakini, eFuel yang merupakan bahan bakar sintetik tersebut bisa membuat mesin bensin dan mesin diesel jadi mesin yang tak menghasilkan emisi gas buang.

Menteri Keuangan Jerman, Christian Lindner mengatakan, pelarangan kendaraan komvensional bisa menghambat pengembangan teknologi yang menghadirkan bahan bakar ramah lingkungan. "Regulasi itu membuat kita tidak bisa mengetahui peluang yang bisa dihadirkan oleh bahan bakar sintetik," kata Christian Lindner.

Terlebih, pengembangan bahan bakar sintetik ini sebenarnya telah ada sejak lama. Sehingga, ia berharap pengembangan ini diberi kesempatan untuk membuktikan bahwa mesin konvensional masih bisa disulap jadi mesin hijau berkat pengembangan teknologi pada bahan bakar.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement