Senin 04 Jul 2022 21:59 WIB

Malam Sastra di Badan Bahasa, Nostalgia Maha Karya Para Pembesar Sastra di Indonesia

Sastrawan telah berperan dalam memerdekakan bangsa dari penjajahan lewat karya mereka

Rep: ronggo astungkoro/ Red: Hiru Muhammad
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menggelar kegiatan Malam Sastra di Panggung Terbuka Kantor Badan Bahasa, Jakarta Timur, Sabtu (2/7) malam.
Foto: Republika/Muhyiddin
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menggelar kegiatan Malam Sastra di Panggung Terbuka Kantor Badan Bahasa, Jakarta Timur, Sabtu (2/7) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hari Sastra Indonesia ke-IX diperingati Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan menggelar "Malam Sastra di Badan Bahasa” tahun 2022. Dalam kegiatan itu, Mendikbudristek, Nadiem Makarim, meminta masyarakat untuk mengingat kembali peran para tokoh besar sastra dengan membaca, menelaah, dan memaknai ulang karya-karya mereka.

“Hari Sastra Nasional tahun ini adalah momentum yang tepat bagi kita semua untuk mengenang kembali jasa para sastrawan besar yang pernah kita miliki," ujar Nadiem dalam siaran pers, Senin (4/7/2022).

Baca Juga

Nadiem melanjutkan, pada tahun ini peringatan Hari Sastra Nasional bertepatan dengan 100 tahun penyair besar Indonesia, Chairil Anwar, 100 tahun sastrawan dan wartawan, Mochtar Lubis dan 105 tahun kritikus Sastra Indonesia, HB Jassin. Selain itu, kegiatan tersebut juga berbarengan dengan perayaan 56 tahun majalah sastra Horison.

Mendikburistek kemudian mengimbau agar masyarakat dapat mengingat kembali peran para tokoh besar dengan membaca, menelaah, dan memaknai ulang karya-karya mereka. Menurut dia, di sanalah bangsa Indonesia akan menemukan pemikiran-pemikiran penting yang perlu dipelajari untuk membangun masa depan yang lebih baik

“Saya yakin bahwa kita bisa melakukan langkah yang lebih nyata untuk mendorong pemajuan kebudayaan dan kesusastraan Indonesia sebagai bekal kita untuk melompat ke masa depan,” kata dia.

Menurut Nadiem, sastra bukan hanya tentang susunan kata dan kalimat berbunga-bunga dan bukan sekadar fiksi yang membawa kita larut dalam imajinasi belaka. Sejarah telah mencatat bagaimana para sastrawan telah turut berperan dalam membangun dan membangkitkan semangat kemerdekaan dari penjajahan melalui karya-karya hebat mereka.

Karena itu, kata dia, Kemendikbudristek berkomitmen untuk turut andil dalam pengembangan Sastra Indonesia ke depannya. Melalui Badan Bahasa, Kemendikbudristek akan terus melanjutkan program-program unggulan di bidang bahasa dan sastra seperti residensi penulis serta berbagai kegiatan sayembara dan penghargaan.

Tidak hanya Sastra Indonesia, Kemendikbudristek juga akan terus berupaya menumbuhkan rasa cinta dan rasa bangga generasi muda terhadap sastra daerah melalui program prioritas Revitalisasi Bahasa Daerah yang telah diluncurkan dalam program Merdeka Belajar episode ke-17.

"Program yang melibatkan komunitas bahasa dan sastra ini didukung lebih lanjut dengan Dana Abadi Kebudayaan yang dapat diakses oleh semua kelompok dan pelaku budaya di seluruh Indonesia,” kata Nadiem.

Kemendikbudristek mendorong para penulis dan sastrawan muda agar mempunyai tekad yang tinggi untuk terus mengembangkan sastra daerah dan sastra Indonesia dengan cara-cara yang jauh lebih kreatif dan inovatif. “Teruslah semangat untuk berkarya dalam semangat Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya,” jelas dia.

Acara tersebut dilakukan secara hibrida di Kantor Badan Bahasa, Rawamangun, Jakarta, pada Sabtu (2/7/2022) lalu. Acara yang juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube dan medsos Instagram Badan Bahasa itu menjadi panggung bagi penampilan para pembesar sastra di Indonesia yang karyanya tak lekang "dimakan" zaman.

Kegiatan Malam Sastra di Badan Bahasa dihadiri  para sastrawan, penggerak literasi, dan pelaku budaya yang mempersembahkan penampilan sastra, seperti pembacaan cerpen/monolog oleh Putu Wijaya yang berjudul “Merdeka”. Pidato Kebudayaan oleh Salim Said, pembacaan puisi oleh Niniek L Karim dan Imam Soleh, penampilan Band Kosakata, musikalisasi puisi dari SMA Labschool Kebayoran, musikalisasi puisi oleh Rizki Anugrah Putra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement