Senin 04 Jul 2022 22:20 WIB

FMIPA UGM Bakal Luncurkan Purwarupa Candi Borobudur Versi Metaverse

Purwarupa Candi Borobudur versi Metaverse ini dirancang mulai Juli 2022.

Red: Nidia Zuraya
Candi Borobudur. Center of Excellence in Metaverse Science Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) bakal meluncurkan purwarupa (prototipe) Candi Borobudur versi dunia virtual metaverse.
Foto: ANTARA/Anis Efizudin
Candi Borobudur. Center of Excellence in Metaverse Science Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) bakal meluncurkan purwarupa (prototipe) Candi Borobudur versi dunia virtual metaverse.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Center of Excellence in Metaverse Science Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) bakal meluncurkan purwarupa (prototipe) Candi Borobudur versi dunia virtual metaverse."Targetnya saat Dies FMIPA bulan September 2022 kami luncurkan (purwarupa, red) versi mininya," kata Koordinator Center of Excellence in Metaverse Science FMIPA UGM Dr Wiwit Suryanto saat dihubungi di Yogyakarta, Senin (4/7/2022).

Ia mengatakan, purwarupa itu bakal dirancang bersama PT Arutala Digital Inovasi yang merupakan salah satu bisnis rintisan bergerak di bidang virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) di Yogyakarta."Kami akan mulai rancang di bulan Juli ini," kata dia.

Baca Juga

Wiwit yang juga Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat FMIPA UGM ini, menuturkan bahwa gagasan mengenai konsep Candi Borobudur versi virtual di metaverse sudah dikaji sejak awal "Center of Excellence in Metaverse Science" diresmikan pada awal 2022. Salah satu tujuannya, ujar dia, agar masyarakat yang memiliki kendala fisik, usia, maupun kendala lainnya nantinya tetap dapat merasakan pengalaman menjelajahi setiap sudut Candi Borobudur tanpa secara langsung menaiki bangunan asli candi.

Dengan teknologi virtual reality (VR), menurut dia, nantinya masyarakat dapat menyaksikan bentuk utuh bangunan candi."Kadang memang ada orang yang tidak puas kalau belum naik sendiri. Tetapi ada orang yang tidak perlu naik yang penting bisa merasakan. Kalau yang tujuannya melihat relief, ingin belajar sejarah saya kira dengan metaverse bisa menggantikan objek aslinya," kata dia.

Selain itu, Wiwit berharap inovasi itu sekaligus menjadi salah satu solusi mengurangi risiko kerusakan struktur bangunan Candi Borobudur yang tergerus atau rusak akibat gesekan kaki para pengunjung.Berdasarkan konsep yang telah dirancang, menurut dia, para pengunjung Borobudur versi metaverse memungkinkan merasakan berbagai sensasi laiknya di dunia nyata seperti embusan angin serta terik Matahari.

"Sensasi 'sunset' (matahari terbenam) saat di Borobudur juga bisa kita buat," ujar dia.

Pengunjung juga memungkinkan merasakan seolah menginjakkan kaki di batu tangga Candi Borobudur seperti kondisi aslinya.Namun, lanjut Wiwit, untuk bisa merasakan semua sensasi itu, wisatawan tetap harus datang langsung di sebuah studio yang nantinya bisa didirikan di kompleks Candi Borobudur dengan dilengkapi berbagai peralatan penunjang teknologi metaverse.

"Saya yakin banyak (wisatawan, red) yang tertarik kalau ada ini. Utamanya yang memiliki kendala fisik, apalagi kalau misalnya tiketnya murah," tutur dia.

Ia berharap, setelah purwarupadiluncurkan, konsep pengembangan Candi Borobudur versi virtual di metaverse tersebut mendapatkan respons positif dan dukungan dari pemerintah, termasuk PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWC) dan Badan Otorita Borobudur (BOB).

Wiwit mengeklaim FMIPA UGM telah mengajukan proposal pengembangan Candi Borobudur versi metaverse itu untuk mendapatkan pembiayaan riset di Kemendikbud Ristek pada awal 2022, namun belum disetujui."Kami akan cari alternatif pembiayaan. Kalau nanti prototipenya jadi kan orang bisa lihat manfaatnya," kata dia.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement