Selasa 05 Jul 2022 00:40 WIB

Sydney Banjir Lagi Saat Krisis Iklim Menjadi Normal Baru

Krisis iklim tingkatkan curah hujan dan menyebabkan banjir lebih sering di Sydney

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Christiyaningsih
Krisis iklim tingkatkan curah hujan dan menyebabkan banjir lebih sering terjadi di Sydney. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/DEAN LEWINS
Krisis iklim tingkatkan curah hujan dan menyebabkan banjir lebih sering terjadi di Sydney. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BRISBANE — Pada hari yang cerah, penduduk setempat tiba dengan perahu yang menaiki Sungai Hawkesbury di New South Wales (NSW) untuk bersantap di dek belakang Paradise Café. Namun untuk keempat kalinya dalam 18 bulan, pemilik kafe Darren Osmotherly bergegas memindahkan peralatannya ke tempat yang lebih tinggi saat air banjir naik di Greater Sydney setelah hujan deras berhari-hari.

“Setiap enam jam sampai delapan jam (kami) mencoba mandi air panas dan berganti pakaian lagi dan mencoba untuk minum kopi atau tidur sebentar di antaranya,” kata Osmotherly dilansir CNN, Senin (4/7/2022).

Baca Juga

Ketika Osmotherly membuka kafe 15 tahun lalu untuk memberi orang disabilitas di rumah perahu tempat yang mudah untuk berlabuh untuk makan siang, properti di Lower Portland tidak pernah banjir dalam 30 tahun. Namun ini merupakan banjir keempat sejak Februari lalu dan yang terbaru sejak Maret.

“Kami membangun semuanya tahan banjir untuk mengatasi banjir sesekali, tetapi untuk mengalami empat banjir…,” katanya prihatin.

Osmotherly telah bekerja sejak Sabtu untuk memindahkan peralatan dari kafe NSW-nya.  Darren Osmotherly telah bekerja sejak Sabtu untuk memindahkan peralatan dari kafe NSW-nya. Banjir di negara bagian terpadat di Australia telah menjadi normal baru, karena penduduk di wilayah Greater Sydney menghadapi perubahan musim yang semakin tidak menentu.

Daerah yang merupakan rumah bagi 8,12 juta orang, atau sekitar sepertiga dari total penduduk negara itu, selalu mengalami beberapa tingkat banjir selama bulan-bulan awal musim panas. Namun apa yang sebelumnya merupakan peristiwa sekali dalam satu generasi telah menjadi hal biasa, menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan jangka panjang dari komunitas rawan banjir.

Lebih dari setengah meter hujan (1,6 kaki) telah membasahi bagian timur New South Wales selama 48 jam terakhir, dengan tumpahan dari banyak bendungan yang menyebabkan peringatan banjir di seluruh wilayah. Di Sydney barat, Bendungan Warragamba - waduk perkotaan terbesar di Australia - mulai meluap pada pukul 02.00 Ahad (3/7/2022) dan pada puncaknya 515 gigaliter membanjiri dindingnya - jumlah air yang sama tertahan di Pelabuhan Sydney.

Seorang juru bicara otoritas air negara bagian mengatakan, bendungan itu tidak memiliki komponen mitigasi banjir. Jadi tidak ada air yang dilepaskan sebelum hujan turun, yang datang ketika jaringan bendungan negara bagian sudah 97 persen penuh. Dia mengatakan bendungan itu bukan penyebab banjir.

“Ini adalah peristiwa cuaca yang sangat luar biasa. Warragamba memang tumpah ke sistem sungai tertentu, tapi ada wilayah luas Sydney yang banjir yang tidak berada di hilir Warragamba,” kata juru bicara itu.

Ini adalah perubahan haluan yang mengejutkan dari hanya 15 tahun yang lalu ketika negara bagian memutuskan untuk membangun pabrik desalinasi guna melindungi pasokan air Sydney setelah bertahun-tahun kekeringan.

Akan tetapi tahun ini La Nina menghasilkan lebih banyak curah hujan. Biro Meteorologi mengatakan ada kemungkinan 50:50 untuk itu terbentuk nanti pada tahun 2022 sebesar dua kali kemungkinan normal. Krisis iklim diperkirakan akan meningkatkan frekuensi dan intensitas baik La Nina maupun El Nino, yang menyebabkan kekeringan. Artinya, jika La Nina kembali terjadi tahun ini, kemungkinan hujan akan lebih banyak lagi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement