Rabu 06 Jul 2022 00:55 WIB

Hong Kong Pertimbangkan Potong Masa Karantina Covid-19 Bagi Pelancong

Hong Kong pertimbangkan persingkat karantina Covid-19 bagi pelancong

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Hong Kong akan mempertimbangkan untuk mempersingkat persyaratan karantina Covid-19 bagi para pelancong.
Foto: EPA-EFE/JEROME FAVRE
Hong Kong akan mempertimbangkan untuk mempersingkat persyaratan karantina Covid-19 bagi para pelancong.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG - Hong Kong akan mempertimbangkan untuk mempersingkat persyaratan karantina Covid-19 bagi para pelancong. Pemimpin barunya, John Lee berupaya tetap mengekang penyebaran virus dan mencegah rumah sakit kewalahan akibat banyaknya pasien Covid-19.

Hal ini diumumkan Lee pada konferensi pers mingguan pertamanya pada Selasa (5/7/2022) sebagai kepala eksekutif kota itu setelah dilantik pada Jumat oleh Presiden Cina Xi Jinping. Seperti diketahui Cina merupakn negara di antara negara-negara besar lain untuk mengejar strategi "nol Covid" yang bertujuan untuk membasmi semua wabah dengan biaya berapa pun.

"Saya sadar akan kebutuhan Hong Kong untuk tetap terbuka dan nyaman bagi para pelancong, tetapi juga penting bahwa kita mengatasi risiko pada saat yang sama," kata Lee kepada wartawan.

Dia juga telah menginstruksikan Menteri Kesehatan Lo Chung-mau untuk memperpendek karantina wajib bagi para pelancong. Namun demikian Lee tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai persyaratan ini.

"Saya memberinya waktu untuk melihat statistik sehingga dia akan merumuskan beberapa opsi yang mungkin kami pertimbangkan," kata Lee.

Hong Kong memiliki beberapa pembatasan perjalanan paling ketat di dunia di luar Cina. Wilayah itu telah melaporkan jumlah kasus harian sekitar 2.000 infeksi dalam sepekan terakhir, tanpa aturan yang diperketat.  

Jumlah tersebut akan menyebabkan pembatasan yang sangat ketat pada kegiatan sehari-hari di setiap kota Cina. Kota ini masih memberlakukan karantina hotel tujuh hari pada saat kedatangan, dengan biaya sendiri, dan menuntut serangkaian formulir dan persyaratan pengujian yang ketat dari penumpang yang naik penerbangan ke Hong Kong.

Maskapai menghadapi penangguhan jika mereka membawa terlalu banyak penumpang yang dites positif setelah mendarat. Hal ini menyebabkan penerbangan dibatalkan dan orang-orang berjuang untuk memesan ulang perjalanan dan hotel. Banyak dari mereka yang akhirnya terdampar, dalam beberapa kasus selama berbulan-bulan, di luar kota.

Lo mengatakan pada Senin bahwa dia berharap perbatasan dengan Shenzhen akan dibuka kembali sebelum 4 Agustus. Pusat keuangan Asia, yang menghadapi gelombang besar infeksi Covid tahun ini, telah secara resmi melaporkan lebih dari 1 juta kasus dan lebih dari 9.000 kematian, salah satu tingkat kematian tertinggi di dunia sejak awal pandemi.

Beberapa ahli epidemiologi memperkirakan lebih dari 4 juta orang di kota berpenduduk 7,4 juta itu mungkin telah terinfeksi. Pejabat kesehatan mengatakan rumah sakit kota tidak berada di bawah tekanan signifikan karena kasus Covid-19 meningkat lagi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement